1

MAQASHID AL-SYARI’AH NUSANTARA Oleh: Ahmad Syahrus Sikti1

A.

Pendahuluan Isu-isu kontemporer dalam hukum Islam dapat diselesaikan dengan proses metode ijtiha>d (fikih)2 dengan cara menggali hukum yang bersumber dari al-Qur`an dan Hadits. Oleh karena itu, Allah menurunkan hukum kepada manusia untuk mengatur tatanan kehidupan sosial sekaligus menegakkan keadilan.3 Di samping itu, hukum diturunkan untuk kepentingan umat manusia, tanpa adanya hukum maka manusia akan bertindak sebebasbebasnya tanpa menghiraukan kebebasan orang lain.4 Tuhan mensyariatkan hukum-Nya bagi manusia tentunya bukan tanpa tujuan, melainkan demi kesejahteraan dan kemaslahatan umat itu sendiri. Perwujudan perintah Tuhan dapat dilihat lewat al-Quran dan penjabarannya dapat tergambar dari Hadits Nabi Muhammad saw. Kemaslahatan merupakan pokok dasar dari sebuah aturan hukum yang kemudian ulama berbeda pendapat dalam memberikan batasannya serta hasil produksi hukum-hukumnya.5 Jadi syariat Allah kepada manusia pasti mempunyai suatu tujuan, atau yang selalu disebut dengan maqa>shid al-shari<’ah atau disebut juga maqa>shid al-ahka>m. Maqa>shid al-shari<’ah merupakan bagian dari falsafah tasyri` yaitu falsafah yang memancarkan hukum Islam atau menguatkan hukum Islam dan memelihara hukum Islam. Konsep maqa>shid al-shari<’ah yang di import dari ulama-ulama Maroko (The Funding Father of Maqashid) harus disesuaikan dengan nilai1

Calon Hakim Pengadilan Agama Serang, Peserta Program Pascasarjana (Doktor) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Peserta PPC II Terpadu 2 Hamid Mavani, Paradigm Shift in Twelver Shi'i Legal Theory (ushu>l al-fiqh): Ayatullah Yusef Saanei, The Muslim World; Apr 2009; 99, 2; ProQuest Research Library page. 335 lihat juga Benjamin Jokisch, A History of Islamic Legal Theories: an Introduction to Sunni usul al-fiqh, Der Islam; 2006; 83, 2; ProQuest Research Library pg. 490 lihat juga Jonathan E Brockopp, A History of Islamic Legal Theories: An Introduction to Sunni ushu>l al-fiqh, The Middle East Journal; Autumn 1999; 53, 4; ProQuest Research Library page. 661 3 Christopher Melchert, The Islamic School of Law: Evolution, Devolution, and Progress, Journal of the American Oriental Society; Oct-Dec 2007; 127, 4; ProQuest Research Library page. 545 4 Joseph E Lowry, The First Islamic Legal Theory: Ibn al-Muqaffa on Interpretation, Authority, and the Structure of the Law, Journal of the American Oriental Society 128.1 (2008) 5 Mushtafa Zaid, al-Mashlahah Fi al-Tasyri> al-Isla>mi, (Mesir: Jumhu>riyyah Mishri al-Arabiyyah, tth), hlm. 23

2

nilai ‘values’ yang hidup disuatu bangsa. Karena hukum tidak hanya sebagai ‘rules play’ kehidupan tetapi juga sebagai ‘need play’ kehidupan. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan dan menawarkan maqa>shid alshari<’ah ala nusantara B.

Pengertian Maqa>shid al-Shari>’ah dan Nusantara Terkait dengan konsep mashlahah tersebut maka lahirlah konsep baru maqa>s}id al-shari>ah.6 Mashlahah merupakan embrio lahirnya konsep baru yang dikembangkan oleh al-Syatibi menjadi maqa>sid al-shari>ah. Maqa>shid secara etimologi kesengajaan atau tujuan, Maqa>shid merupakan bentuk jama’ dari maqsu>d yang berasal dari suku kata Qashada yang berarti menghendaki atau memaksudkan. Maqa>shid berarti hal-hal yang dikehendaki dan dimaksudkan. Sedangkan syari’at secara bahasa berarti ‫ ال ماء ال ي ت حدر ال موا ضع‬artinya Jalan menuju sumber air dapat juga diartikan berjalan menuju sumber kehidupan. Sedangkan kaum orientalis memandang syari’ah sinonim dari Hukum Islam.7 Adapun secara terminologi adalah sebuah metode untuk mengetahui tujuan pensyariatan sebuah hukum untuk menjamin kemaslahatan dan mencegah kemafsadatan. al-Maqa>shidu al-Khamsah mengandung kemaslahatan yang ditujukan kepada manusia. 8 Sedangkan makna nusantara adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kepulauan dari wilayah Sumatera sampai dengan Papua.9 Di Indonesia, kata nusantara merupakan sinonim bagi Indonesia baik dalam tataran geografis maupun tataran politik. Tentunya nusantara yang dimaksud oleh penulis adalah Indonesia dalam tataran politik yaitu politik Hukum Islam dalam wawasan Indonesia. Maqa>shid al-Shari<’ah Klasik Tujuan syara’ dalam menetapkan hukum-hukumnya mempunyai lima tujuan yang biasa disebut al-Maqa>shidu al-Khamsah (panca tujuan) yaitu memelihara agama,10 memelihara jiwa,11 memelihara akal,12memelihara C.

6

Konsep maqa>shid al-shari<’ah mengalami perkembangan yang cukup signifikan di kalangan ulama-ulama Maroko. Ada beberapa tokoh maqashid yang concern dalam mengembangkan maqa>shid al-shari<’ah di sana. Lihat Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 67 7 Edward Omar Moad, A path to the Oasis: Shar¯ı‘ah and reason in Islamic moral epistemology, Received: 5 April 2007 / Accepted: 17 August 2007 / Published online: 24 October 2007 © Springer Science+Business Media B.V. 2007 8 Alal al-Fasi, Maqa>sid al-Shari>ah al-Isla>miyyah Wa Muka>rimuha>, (Da>r alBaydha>, tth), hlm. 189 9 Oxford Ensiklopedi Pelajar, (Jakarta: ttp, 2007), Huruf N 10 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, hlm 67 11 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, hlm 70

3

keturunan13 atau (al-Nasab)14 dan Memelihara harta benda dan kehormatan.15 Adapun unsur-unsur yang membentuk maqa>shid al-shari>ah16yaitu Kategori yang pertama dibagi lagi menjadi empat sub kategori, masingmasing berkaitan dengan maksud tuhan dari sisi yang berbeda. Dalam sub kategori yang pertama, al-Syatibi membahas maksud tuhan yang sebenarnya dalam menetapkan hukum. Intinya syari’ah diturunkan kepada manusia dengan tujuan agar ia dapat mengendalikan nafsu dan keinginan orang Islam.17 Pendekatan maqa>s}id al-shari>ah ini tentu didukung oleh para tokoh karena pendekatan maqa>s}id al-shari>ah merupakan pendekatan dengan melihat nilai-nilai dibalik dari teks tersebut dengan memprioritaskan nilainilai mashlahah kemanusiaan dan menghilangkan kesulitan. Sehingga setiap pernyataan dari teks merupakan kebenaran abadi yang harus ditemukan dan diterapkan terlepas dari ruang dan waktu perbedaan.18 Para ahli hukum Islam periode awal menggunakan pendekatan tujuan hukum (maqa>s}id) dalam melihat permasalahan kontemporer yang dihadapi olehnya.19 Bagian ini merupakan suatu momentum baru yang melihat proses perkembangan hukum Islam masa depan. Sebagaimana para sahabat dalam mencetuskan hukum: ketika muncul sebuah permasalahan baru, mereka mencari hikmahnya di dalam al-Qur’an, jika belum menemukan mereka mencari ke Sunnah, jika belum menemukan juga,

12

Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, hlm 75 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, hlm 87 14 Abdullah Yahya al-Kamali, Maqa>sid al-Shari>ah fi Fiqh Dhaui alMuwa>zina>t, (Beirut: Da>r Ibnu Hazm, 2000), hlm. 128 15 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, hlm. 101 16 Wael B Hallaq, Sejarah Teori Hukum Islam Pengantar Untuk Ushu>l Fiqh Mazhab Sunni terjemahan dari History of Islamic Legal Theories an Introduction to Ushul al Fiqh, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm, 247-275 17 Wael B Hallaq, Sejarah Teori Hukum Islam Pengantar Untuk Ushul Fiqh Mazhab Sunni terjemahan dari History of Islamic Legal Theories an Introduction to Ushul al Fiqh, hlm, 247-275 18 Ahmad Kazemi Moussavi, Articles; Rethinking Islamic Legal Methodology With Reference To Maqa>sid al-Shari>ah : 2004, Produced and distributed by Pluto Journals ICR.plutojournals.org lihat juga Mark Gould, Kemal A. Faruki's Reconstruction of Islam (ic Law): A Modernist Position in Islam (ic Jurisprudence), The Muslim World; Oct 2008; 98, 4; ProQuest Research Library page. 423 19 Ahmad kazemi Moussavi, Rethinking Islamic Legal Methodology with Reference to Maqa>sid al-Shari>ah, is Professor of Islamic law and Persian Language in the University of Maryland, United States. 13

4

mereka berijtihad dengan cahaya pengetahuan mereka tentang maqa>s}id alshari>ah (tujuan pensyariatan) dan apa yang diisyaratkan oleh nash (teks).20 Setelah al-Syatibi, dekade selanjutnya lahir Ibn Asyur yang mengembangkan konsep maqa>s}id al-shari>ah dalam teori dan aplikasi yang tertuang dalam magnum opusnya maqa>s}id al-shari>ah isla>miyyah. Dalam merealisasikan gagasannya, Ibn Asyur mengkonstruksi maqa>s}id alshari>ah dilihat dari sisi egalitasnya dalam ilmu syari’ah dan cara mengaplikasikannya. Ia berpendapat bahwa argumen fiqh harus didasarkan pada maqa>s}id al-shari>ah yang melatar belakanginya. Landasan epistimologi menurut Ibnu Asyhur menjadi fondasi maqa>s}id al-shari>ah terbagi menjadi 4 macam yaitu : fitrah. Dalam pandangan Ibnu Asyur, fitrah adalah keadaan yang dalam keadaan tersebut, Allah SWT menciptakan akal manusia. Keadaan di mana akal terbebaskan dari penyimpangan dan adat istiadat yang merusak.21 Toleran. Pada gagasan ini Ibnu Asyhur menampilkan kembali dimensi sosial yang bertalian langsung dengan konsep samma>hah, yang mendorongnya untuk menguraikan bab rukhshah (keringanan dalam takli>f), sebagai salah satu perwujudan makna samma>hah dalam hukum syariat. Kebebasan. Kebebasan berpendapat dimaksudkan sebagai kebebasan untuk menuangkan gagasan, pemikiran dan paham keagamaan dalam lingkup yang dijinkan oleh syariat Islam. Adapun kebebasan untuk berbuat, meliputi kebebasan untuk berbuat dalam lingkup pribadi yaitu kebebasannya untuk melakukan perbuatan yang mubah. Haqq. Dalam pandangan Ibnu Asyur, gagasan tentang kebebasan tidak dapat dipisahkan dengan haq, karena penggunaan kebebasan terikat dengan hak. Allal al-Fasi dalam Maqa>s}id al-Shari>ah al-Islamiyyah wa Maka>rimuha> dan Ibn Asyhur dalam Maqa>s}id al-Shari>ah al-Islamiyyah menyatakan bahwa segala hukum yang secara umum mewujudkan kemaslahatan berarti mewujudkan maqa>s}id al-shari>ah. Karena tampak dalam konsep ini terletak fleksibilitas, kelenturan dan dinamisasi hukum Islam. Sekaligus membuka wawasan mereka yang menyatakan bahwa hukum Islam itu kekal, doktrinal dan abadi yang tidak mungkin diselesaikan kepada bentuk perubahan sosial dan modernisasi. al-Fasi menilai bahwa klasifikasi maqa>s}id al-shari>ah sebagaimana yuang dikemukakan oleh Ibnu Asyhur menunjukan bahwa al-Sha>ri (pembuat hukum: Allah dan Rasulnya) dalam menetapkan berbagai hukum, tidak hanya bertujuan memberikan beban kepada umat manusia tetapi lebih bertujuan menciptakan kemaslahatan umat manusia dan menghindarkan dari kemudaratan. Dan 20

Imam Syafi’i, Al-Risalah Panduan Lengkap Fikih dan Ushul Fikih penerjemah Masturi Irham dan Asmui Taman, bab pendahuluan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012), hlm. viii 21 Ibnu Asyur, Maqa>sid Shari>ah al-Isla>miyyah, (Kairo: Da>r al-Salam, 1426 H), hlm 55

5

dalam mewujudkan terpeliharanya lima hal pokok di atas, al-Fasi mengkategorikannya pada beberapa tingkatan: kebutuhan dharu>riyyah, ha>jiyyah dan tahsi>niyyah.22 Konsep maqa>s}id al-shari>ah menurut Jamaluddin Athiyah Muhammad. Menurutnya, Allah SWT mengutus Rasulnya untuk menyampaikan petunjuk dan agama yang haq dengan tujuan meninggikan agama Islam atas segala agama. Allah SWT telah menjadikan Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul. Konsep maqa>s}id al-shari>ah meliputi metode penetapan maqa>s}id, pengelompokan maqa>s}id al-shari>ah dalam zanni dan qathi, maqa>s}id lain yang tidak disebut ulama terdahulu dan uraiannya, perurutan dan urgensi maqa>s}id dan metode aktualisasi maqa>s}id.23 Muhammad Khalid Mas’ud mengatakan bahwa mas}hlah}ah muncul sebagai tujuan utama hukum. Oleh karena itu mashlahah berhubungan dengan maqa>s}id al-shari>ah. Makna mashlahah cukup bervariasi namun meskipun bervariasi dalam konteks yang berbeda - ditujukan untuk perlindungan kepentingan umum. Mengikuti al-Syatibi, Muhammad Khalid Mas’ud mengelaborasi maqa>s}id menjadi 3 bagian yaitu mashlahah, dalalah, dan a>dah yang merupakan konsep yang akan dikembangkan. Di dalam analisis al-Syatibi, Mas’ud berargumen mashlahah merupakan dasar pijakan bagi maqa>s}id al-shari>ah..24 Jasser Auda mengatakan bahwa ide pertimbangan tujuan yang lebih tinggi dari hukum maqa>s}id al-shari>ah dan mengamati prioritas rasional dapat dianggap sebagai langkah pertama menuju pemikiran ulang metodologi hukum Islam. Jasser Auda menyatakan bahwa pendekatan baru terhadap teori maqa>s}id. Jasser Auda mengenalkan konsep ”Islam modern” merupakan pembaruan dari Islam tradisional. Konsep Islam modern Auda berargumen wujud reaksi yang luas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa.25 Bruce C. Gipson mengatakan bahwa seorang ahli hukum atau bukan harus mempertimbangkan hikmah yang melatar belakangi sebuah hukum dan fokus pada prinsip-prinsip syariah di mana pertimbangan mash}lah}ah menjadi tujuan hukum yang tertinggi. Bahwa pembaruan hukum Islam ke 22

Alal al-Fasi, Maqa>sid al-Shari>ah al-Isla>miyyah Wa Muka>rimuha>, (Da>r al-Baydha>, tth) 23 Jamaluddin Athiyyah Muhammad, Nahw Taf’ili Maqa>s}id al-Syari>ah, (Damaskus: Da>r al- Fikr, 2001), hlm.11 - 12 24 Muhammad Khalid Mas’ud, Islamic Legal Philosophy: a Study of Abu Ishaq alSyatibi Life and Thought, (Islamabad, Islamic Research Institute, 1977), hlm 4-9 25 Jasser Auda, Maqa>s}id al-Shari>ah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach (London and Washington: International Institute of Islamic Thought, 2008), 27. Auda is introduced as the founding director of the Al-Maqa>sid Research Centre in the Philosophy of Islamic Law, a branch of the Al-Furqan Foundation, London.

6

depan harus melihat nilai-nilai mash}lah}ah yang dikandung oleh hukum tersebut yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan, kemaslahatan dan kemanfaatan sosial. Dengan kata lain pembaruan hukum Islam harus melihat maqa>s}id al-shari>ah dari hukum itu sendiri.26 Osman Bakar mengatakan bahwa pendekatan maqa>s}id al-shari>ah merupakan pendekatan tradisional yang melihat nilai-nilai kesejahteraan masyarakat baik dari segi agama, intelektual, ekonomi, sosial serta politik untuk kesejahteraan dunia dan akhirat.27 Bahwa hukum Islam dibuat untuk kemaslahatan umat serta menstabilkan antara hak dan kewajiban individu serta menjaga nilai-nilai tersebut.28 Menurut Mohammad Hasim Kamali, Kesulitan dalam pembaruan, ia menyarankan rute alternatif, bukan melalui pendekatan teks semata tetapi melalui kebijaksanaan (maqa>s}id) teks tersebut. Dia mengatakan: pada saat beberapa doktrin terpenting dari us}u>l al-fiqh, seperti ijma>’ (konsensus umum) dan qiya>s (analogi reasoning), dan bahkan ijtih}a>d secara keseluruhan, tampaknya dibebani dengan berbagai kondisi yang sulit kondisi yang mungkin sulit untuk diterapkan pada iklim berlaku umum di dunia muslim, maka maqa>s}id al-shari>ah dapat memberikan alternatif yang mapan yang mengandung nilai-nilai syara.29 Selanjutnya Hasim Kamali membagi teori ushu>l fiqh nya kepada dua bagian, pertama konsep syura dalam al-Qur’an itu terkandung dalam teori ushu>l fiqh.30 Kedua, teori u>lul amri yang mempunyai peranan penting dalam mengatur negara dan pemerintahan. Beliau di sini tidak membedakan antara ushu>l fiqh dan maqa>}sid al-shari>ah namun kedua-duanya merupakan saling berhubungan dalam memperkaya dan melengkapi dalam proses istinba>th hukum,31 maqa>sid tidak hanya memberikan peluang terhadap pembangunan hukum tetapi juga dalam proses pembangunan masyarakat. Maqa>s}id al-shari>ah ini termasuk pertimbangan mash}lah}ah tetapi mereka tidak dibatasi oleh itu. Melihat proyek reformasi yang didasarkan pada pertimbangan 26

Bruce c.Gipson, Maqa>s}id Al-Shari>ah As A Methodology For Tajdi>d A Return To The Spirit Of The Qur’an And The Sunnah Of His Mesengger, August 2012 Copyright 2012 by ProQuest LLC. 27 Osman Bakar, Islam and Civilisational Renewal, 2009 28 Asyraf Wajdu Dasuki dan Said Bouharerona, The Framework of Maqās}id alSharī’ah and Its Implication for Islamic Finance; 2012 29 Mohammad Hasim Kamali, in Focus Maqa>s}id al-Shari>ah and Ijtih}a>d as Instrument of Civilitational Renewal ; a methodological perspective, Produced and distributed by Pluto Journals ICR.plutojournals.org 30 Mohammad Hasim Kamali, Principles of Islamic Jurisprudence (Cambridge: Islamic Texts Society, 2003), hlm, 508 31 Mohamad Hasim Kamali, Maqa>sid al-Shari>ah and ijtiha>d Instrumernt of Civilisational Renewal: a Methodological Perspektive, Produced and distributed by Pluto Journals ICR.plutojournals.org, hlm 268

7

maqa>s}id al-shari>ah akan memperjelas hubungan dialektika mereka dengan teks-teks suci.32 Bahwa ide maqa>s}id al-shari’ah merupakan turunan dari sebuah teks. Beberapa ahli hukum menyebutkan bahwa maslahah adalah merupakan kunci utama dalam pengembangan hukum Islam saat ini.33 D.

Maqa>shid al-Syari>’ah Nusantara Ijtihad yang mengacu pada maqa>s}id al-shari>ah di Indonesia adalah merupakan ijtihad yang memproduksi Hukum Islam yang tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai, aturan serta budaya Indonesia. Maqa>shid alShari<’ah yang ada sejak ushul al-fiqh klasik sampai sekarang harus disesuaikan dengan konstitusi Negara. Agar pensyariatan Hukum Islam di Indonesia berjalan harmonis dan dielaborasi dengan amanat konstitusi Negara. Oleh karena itu penulis akan membongkar pasang konsep maqa>shid al-shari<’ah klasik yang dikawinkan dengan konsep konstitusi bangsa Indonesia tanpa keluar dari aturan hukum Islam itu sendiri. 1. Hifdz al-Din Hifdz al-Din yang dipahami dalam ushul al-fiqh klasik adalah Menjaga Agama (Hifdz al-Din). Bagaimana agama mempunyai peranan penting dalam mensejahterakan kehidupan umat beragama namun fakta di lapangan banyak terjadi konflik atas nama agama. Menurut penulis konsep Menjaga Agama (Hifdz al-Din) ini banyak terjadi kesimpang siuran (banyak pertanyaan yang penulis tidak sebutkan) dan ketidak jelasan yang dikhawatirkan akan terjadinya diskriminasi terhadap agama minoritas apabila term klasik ini diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu maqa>shid al-shari<’ah nusantara menawarkan hal baru yaitu perubahan terhadap term klasik ‘Menjaga Agama’ (Hifdz al-Din) menjadi ‘Kebebasan Beragama’ (Hurriyah al-Din). Analisa penulis sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Andrew F. March bahwa pendekatan berbasis maqa>s}id al-shari>ah juga harus menjamin kelestarian agama (pluralitas agama) sebagai tujuan utamanya. Ini harus termasuk memastikan akses ke pengetahuan tentang Islam dan penciptaan lembaga keagamaan bagi masyarakat sipil muslim dan non muslim.34 Landasannya adalah  Pendekatan yuridis Firman Allah SWT dalam Surat al-Baqarah ayat 856 yaitu : 32

Wael Hallaq, Hourani, dan Kerr, The Spirit of Islamic Law and Modern Religious Reform: maqa>s}id al-shari>ah 33 Imran Ahsan Khan Nyazee, Theories of Islamic Law The Methodology of Ijtihad, (Pakistan: Islamic Research Institute Islamabad, 1994), hlm. 267 34 Andrew F March, articles; The Maqa>s}id of H{ifz} al-Di>n al-Shari>ah, Produced and distributed by Pluto Journals ICR.plutojournals.org

8

                            “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. Undang-Undang Dasar 1945 (konstitusi Negara) pasal 29 ayat (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu” 

Pendekatan filosofis Bahwa beragama merupakan hak seseorang untuk memeluknya tanpa paksaan atau bujukan seseorang. Karena pada dasarnya agama merupakan ‘hak private’ seseorang yang sulit diukur dan setiap ajaran agama membawa misi persatuan dan perdamaian antar umat beragama. Indonesia bukan Negara Islam tetapi bukan pula Negara ‘Syaithan’ yang jauh akan nilai-nilai ketuhanan karena agama merupakan pondasi dasar dalam kehidupan dan bernegara di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Sila Pertama yang berbunyi ‘Ketuhanan yang maha esa’ maka sikap-sikap sentimental keberagamaan harus dihilangkan demi terwujudnya persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.



Pendekatan sosio-historis Bahwa ayat-ayat madaniyah tentang jihad dan pembunuhan terhadap non muslim (sentimental keberagamaan) yang diturunkan oleh Allah SWT ketika masyarakat muslim di Madinah dalam keadaan perkembangan wilayah Islam. Di mana perkembangan wilayah Islam dilakukan melalui cara perperangan. Oleh karena itu ayat-ayat yang diturunkan secara sosio-hostoris termasuk kategori daerah konflik (Da>r al-Harb). Namun Indonesia saat ini termasuk daerah tenang dan aman (Da>r al-Amni). Oleh karena itu sikap sentimental terhadap pemeluk agama non muslim pun harus dihilangkan karena

9

secara sosio historis masyarakat Arab dahulu berbeda dengan kondisi Indonesia saat ini. 2.

Hifdz al-Nafs Menjaga jiwa (Hifdz al-Nafs) dipahami dalam ushul al-fiqh klasik sebagai upaya menjaga diri dari hal-hal yang bersifat mudharat yang akan membawa kepunahan seseorang. Namun konsep menjaga jiwa (Hifdz alNafs) ini menurut penulis sudah tidak relevan karena dewasa ini masih banyak terjadi pembunuhan baik pembunuhan terhadap orang dewasa maupun terhadap anak-anak di bawah umur (bayi-bayi yang dibunuh oleh orang tuanya karena free sex, dll). Oleh karena itu maqa>shid al-shari<’ah nusantara menawarkan hal baru yaitu perubahan terhadap term klasik ‘Menjaga Jiwa’ (Hifdz al-Nafs) menjadi ‘Kebebasan Hidup’ (Hurriyah al-Hayat). Landasannya adalah  Pendekatan yuridis Firman Allah SWT dalam Surat Al-Mulk ayat 2              “Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” Undang-Undang Dasar 1945 (Konstitusi Negara) pasal 28 A “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya” 

3.

Pendekatan filosofis Menjaga jiwa tidak hanya sebatas pada berlakunya hukum qishash yang dipahami sebagaimana tertera di dalam ushul al-fiqh klasik tetapi bagiamana konsep kebebasan hidup (Hurriyah al-Hayat) seseorang dilindungi oleh negara untuk memperoleh kehidupan yang aman, sejahtera dan damai. Setiap jiwa seseorang yang berkewarganegaraan Indonesia, hak untuk hidupnya harus dilindungi baik orang dewasa maupun anak kecil. Sehingga akan tercipta masyarakat madani yang diharapkan.

Hifd al-Aql Menjaga akal (Hifd al-Aql) menurut ushul al-Fiqh klasik sebagai upaya untuk melindungi akal dari perbuatan-perbuatan yang merusak akal. Seperti melarang minum khamar, arak dan sejenisnya. Namun menurut penulis pemahaman terhadap menjaga akal (hifdz al-aql) untuk dewasa ini tidak

10

terbatas hanya menjaga akal tetapi kepada arah upaya pengembangan akal itu sendiri. Oleh karena itu maqa>shid al-shari<’ah nusantara menawarkan hal baru yaitu perubahan terhadap term klasik ‘Menjaga Akal’ (Hifdz al-Aql) menjadi ‘Kebebasan Berfikir’ (Hurriyah al-Afkar). Landasannya adalah  Pendekatan yuridis Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 190-191                                   “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka” Undang-Undang Dasar 1945 (Konstitusi Negara) Pasal 28 “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan Undang-Undang” 

Pendekatan Filosofis Kebebasan berfikir dalam rangka menjalani sebuah kehidupan yang mapan harus sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengembangkan kemampuan berfikir dengan akal yang sehat dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Ajaran-ajaran Islam tentang kebebasan berfikir lebih syar’i ketimbang hanya dipahami sebagai menjaga akal dengan tidak meminum khamar, arak dan sejenisnya. Al-Qur’an menjelaskan katakata berfikir dengan sebutan akal sebanyak 49 buah. Artinya Islam sangat memberikan ruang kepada akal untuk berfikir secara luas dan komprehensif dalam menjawab sebuah permasalahan. Dengan kebebasan berfikir diharapkan bangsa Indonesia akan melahirkan cendikiawan muslim yang selalu memproduksi teori-teori baru

11

(swasembada teori lokal) ketimbang harus meng-import teori dari wilayah Timur Tengah dan Barat 4.

Hifdz al-Nasl Menjaga keturunan (Hifdz al-Nasl) sebagaimana dipahami dalam ushul al-fiqh klasik sebagai upaya untuk menjaga keturunan melalui instansi pernikahan sehingga keturunan yang dihasilkan menjadi keturunan yang sah. Namun menurut penulis konsep klasik ini sudah tidak relevan jika dihubungan dengan kondisi saat ini, karena banyak anak-anak sudah mengalami pubertas dini dibanding dengan orang-orang tua dahulu disebabkan perkembangan zaman muta’akhir yang dihiasi dengan gemerlapnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak anak-anak beruntung dan banyak pula anak-anak yang tidak beruntung karena ulah orang tuanya (free sex) sehingga mendapat stigma negatif di tengah masyarakat. Untuk melindungi keturunan maka penulis dengan maqa>shid al-shari<’ah nusantara menawarkan hal baru yaitu perubahan terhadap term klasik ‘Menjaga Keturunan’ (Hifdz al-Nasl) menjadi ‘Kebebasan Anak’ (Hurriyah al-Aulad). Landasannya adalah  Pendekatan yuridis Sabda Nabi SAW “Sesungguhnya aku bangga dengan umatku yang banyak (berkualitas) di hari kiamat kelak” Undang-Undang Dasar 1945 (Konstitusi Negara) 28 B ayat (2) “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi” 

5.

Pendekatan filosofis Bahwa setiap anak yang hidup harus dilindungi oleh Negara. Negara tidak melihat suku, ras, agama ataupun warna kulit. Anak yang dilahirkan tidak mempunyai ‘dosa turunan’ dari orang tuanya sehingga ia memiliki kebebasan untuk meminta perlindungan terhadap orang tuanya. Anak memiliki kebebasan untuk mengembangkan fisik, mental dan spiritualnya. Pendidikan akademik dan pendidikan spiritual anak merupakan aset Negara yang paling berharga.

Hifdz al-Mal

12

Konsep menjaga harta (Hifdz al-Mal) yang dijelaskan dalam ushul alfiqh klasik merupakan suatu keharusan bagi seseorang untuk mencari harta (bekerja) dan mempertahankannya dengan cara yang halal. Islam melarang memakan harta dengan cara yang bathil. Namun kondisi saat ini jika konsep menjaga harta hanya dipahami sebatas di atas maka pertumbuhan ekonomi umat Islam khususnya negara Indonesia tidak mengalami kemajuan yang besar. Oleh Karena itu maqa>shid al-shari<’ah nusantara menawarkan hal baru yaitu perubahan terhadap term klasik ‘Menjaga Harta’ (Hifdz al-Mal) menjadi ‘Kebebasan fungsionalisasi Harta Benda’ (Hurriyah al-Mal). Analisa penulis sesuai dengan pendapat Erick Winkel mengatakan bahwa kontribusi khusus dari maqa>s}id al-shari>ah dalam kebijakan ekonomi untuk mengarahkan pelaksanaan masalah ekonomi dengan tujuan kebijaksanaan dan berusaha untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat.35 Landasannya adalah  Pendekatan yuridis Firman Allah SWT dalam surat Al-Furqaan ayat 67             “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” Undang-Undang Dasar 1945 (Konstitusi Negara) pasal 28 huruf H “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baikdan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” 

Pendekatan filosofis Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi orang kaya secara materi tetapi Islam melarang umatnya menjadikan harta sebagai tujuan hidupnya. Harta yang dimiliki seseorang saat ini seharusnya di funsionalisasikan baik melalui instansi perbankan seperti deposito, reksadana, dll maupun instansi pasar uang lainnya. Sehingga pertumbuhan ekonomi nasional berkembang pesat. Kebebasan seseorang dalam memperoleh harta pun dijamin oleh konstitusi selama tidak merugikan atau melanggar hak orang lain.

Daftar Pustaka 35

Eric Winkel, Maqa>s}id al-Shari>ah ; Literature Review, 2011, Produced and distributed by Pluto Journals ICR.plutojournals.org

13

A. Buku-Buku Ahsan Khan Nyazee, Imran, Theories of Islamic Law The Methodology of Ijtihad, (Pakistan: Islamic Research Institute Islamabad, 1994) Al-Fasi, Alal, Maqa>sid al-Shari>ah Muka>rimuha>, (Da>r al-Baydha>, tth)

al-Isla>miyyah

Wa

Al-Kamali, Abdullah Yahya, Maqa>sid al-Shari>ah fi Fiqh Dhaui alMuwa>zina>t, (Beirut: Da>r Ibnu Hazm, 2000) Athiyyah Muhammad, Jamaluddin, Nahw Taf’ili Maqa>s}id alSyari>ah, (Damaskus: Da>r al Fikr, 2001) Hallaq, Wael B, Sejarah Teori Hukum Islam Pengantar Untuk Ushul Fiqh Mazhab Sunni terjemahan dari History of Islamic Legal Theories, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000) Ibnu Asyur, Maqa>sid Shari>ah al-Isla>miyyah, (Kairo: Da>r alSalam, 1426 H) Khalid Masud, Muhammad, Filsafat Hukum Islam terjemah dari Legal Philosophy; a Study of Abu Ishaq al-Syatibi Life and Thought, (Bandung: pustaka, 1996) Muhammad Syah, Ismail, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) Oxford Ensiklopedi Pelajar, (Jakarta: Ttp, 2007) Syafi’i, Imam, al-Risalah Panduan Lengkap Fikih dan Ushul Fikih, penerjemah Masturi Irham dan Asmui Taman, bab pendahuluan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012) Zaid, Mushtafa, al-Mashlahah Fi al-Tasyri> al-Isla>mi, (Mesir: Jumhu>riyyah Mishri al-Arabiyyah, tth)

B. Jurnal Internasional

14

Auda, Jasser, Maqa>s}id al-Shari>ah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach (London and Washington: International Institute of Islamic Thought, 2008), 27. Auda is introduced as the founding director of the Al-Maqa>sid Research Centre in the Philosophy of Islamic Law, a branch of the Al-Furqan Foundation, London. Bakar, Osman, Islam and civilisational renewal, 2009 E Brockopp, Jonathan, A History of Islamic Legal Theories: An Introduction to Sunni usul al-fiqh, The Middle East Journal; Autumn 1999; 53, 4; ProQuest Research Library E Lowry, Joseph, The First Islamic Legal Theory: Ibn al-Muqaffa on Interpretation, Authority, and the Structure of the Law, Journal of the American Oriental Society 128.1 (2008) F March, Andrew, The Maqa>s}id of Hifz} al-Di>n al-Shari>ah, Produced and distributed by Pluto Journals ICR.plutojournals.org Gipson, Bruce C, Maqa>s}id Al-Shari>ah As A Methodology For Tajdi>d A Return To The Spirit Of The Qur’an And The Sunnah Of His Mesengger, August 2012 Gould, Mark, Kemal A. Faruki's Reconstruction of Islam (ic Law): A Modernist Position in Islam (ic Jurisprudence), The Muslim World; Oct 2008; 98, 4; ProQuest Research Library

Hallaq, Wael, A History Of Islamic Legal Theories an Introduction to Sunni Ushul al-Fiqh 135-6, 207 (1997). Hallaq, Wael, Hourani, dan Kerr, The Spirit of Islamic Law and Modern Religious Reform: maqa>s}id al-shari>ah Hashim Kamali, Mohammad, in Focus Maqa>s}id al-Shari>ah and Ijtih}a>d as Instrument of Civilitational Renewal ; a methodological perspective, Produced and distributed by Pluto Journals ICR.plutojournals.org Hasim Kamali, Mohammad, Principles of Islamic Jurisprudence (Cambridge: Islamic Texts Society, 2003)

15

Jokisch, Benjamin, A History of Islamic Legal Theories: an Introduction to Sunni usul al-fiqh, Der Islam; 2006; 83, 2; ProQuest Research Library Khalid Mas’ud, Muhammad, Islamic Legal Philosophy: a Study of Abu Ishaq al-Syatibi Life and Thought, (Islamabad, Islamic Research Institute, 1977) Mavani, Hamid, Paradigm Shift in Twelver Shi'i Legal Theory (ushu>l al-fiqh): Ayatullah Yusef Saanei, The Muslim World; Apr 2009; 99, 2; ProQuest Research Library Melchert, Christopher, The Islamic School of Law: Evolution, Devolution, and Progress, Journal of the American Oriental Society; Oct-Dec 2007; 127, 4; ProQuest Research Library Moussavi, Ahmad Kazemi, Rethinking Islamic Legal Methodology With Reference To Maqa>s}id al-Shari>ah : 2004 Omar Moad, Edward, A path to the Oasis: Shar¯ı‘ah and reason in Islamic moral epistemology, Received: 5 April 2007 / Accepted: 17 August 2007 / Published online: 24 October 2007 © Springer Science+Business Media B.V. 2007 Wajdu Dasuki, Asyraf dan Bouharerona, Said, The Framework of Maqās}id al-Sharīah and Its Implication for Islamic Finance Winkel, Eric, Maqa>s}id Al-Shari>ah ; Literature Review

Maqashid al-Syariah Nusantara - ahmad syahrus sikti.pdf ...

... of Islamic law and Persian Language in the. University of Maryland, United States. Page 3 of 15. Maqashid al-Syariah Nusantara - ahmad syahrus sikti.pdf.

439KB Sizes 12 Downloads 285 Views

Recommend Documents

Ahmad
roadside tree. P. cineraria. Native, few localised patches at shallow sand at southern margin of. Rab' al-Khali (empty quarters). Vernacular Name: Ghaf, Shibhan,.

Ahmad Setiadi.pdf
which is effective to detect in early. Neural network as a model of data mining can be used to. predict wether someone is suffered from diabetes mellitus or not.

125 - Ahmad Ragab.pdf
systems? some organizations consider ERPs as a necessity for conducting business,. others want to exploit them to outperform their competitors. In the last few years,. researchers have begun to study the link between ERP systems and competitive. adva

2011.en.dilman ahmad aziz.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. 2011.en.dilman ...

ahmad nadeem qasmi books pdf
Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. ahmad nadeem qasmi books pdf. ahmad nadeem qasmi books pdf. Open.

20142404548 - AHMAD FATHONI - Biodata.pdf
Asal PT. Kab/Kota PT. Semester. SKS Kumulatif. SKS Diakui. Pendataan Ulang Biodata Mahasiswa. STIT Raden Wijaya. Paling Lambat Dikumpulkan di Awal ...

2012.en.yusra ahmad salih.pdf
Whoops! There was a problem loading more pages. Retrying... Whoops! There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. 2012.en.yusra ahmad salih.pdf. 2012.en.y

2011.en.Shwana Ahmad Hussain.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. 2011.en.

Ahmad Tavakoly Curriculum Vitae.pdf
Page 1 of 4. Education PhD, Civil Engineering, August 2014. The University of Texas at Austin. MS, Hydraulic Structures, June 2006. Ahwaz University, Iran. BS, Irrigation and Drainage Engineering, July 2003. Ahwaz University, Iran. Dissertation. Flow

Phulkari (Ashfaq Ahmad).pdf
Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Phulkari (Ashfaq Ahmad).pdf. Phulkari (Ashfaq Ahmad).pdf. Open.

2013.en.dastan ahmad sadalla.pdf
My gorgeous brothers and my. sweet sister. My Close friends. Dastan. Page 3 of 86. 2013.en.dastan ahmad sadalla.pdf. 2013.en.dastan ahmad sadalla.pdf.

Ali-Ahmad-NM802.pdf
to make a visit to Saudi Arabia to meet with King Salman. bin Abdulaziz al Saud and explain why solar power might. be a better bet than nuclear reactors, small ...

Muhammad the Greatest by Ahmad Deedat
"And most certainly, thou (O Muhammad) are of most sublime and exalted character." (The Holy ... Both these incidences happened in South Africa, my own country. ..... They charge their prophets with incest, adultery and even murder. They.

PhD Dissertation with ToC - Ahmad Hama Amin Hama Rashid.pdf ...
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item.

Ahmad Mas'ari_Rekonstruksi Ushul Fikih Perspektif Hasan al-Turabi ...
Fikih yang ditawarkan oleh cendikiawan asal Sudan ini, H{asan al- Tura>bi>. ... PDF. Ahmad Mas'ari_Rekonstruksi Ushul Fikih Perspektif Hasan al-Turabi.PDF.

Shabbir Ahmad - QXP-iv (Bookmarks).pdf
1850s - The British Muslim Sir Richard F. Burton (1821-1890),. adventurer-explorer-soldier-writer, famous for the first ever English. translation of “The Arabian ...

ALI B. AHMAD _ THESIS - Ali Bawasheakh Ahmad.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. ALI B. AHMAD _ ...

Ahmad, Fermion Quantum Field Theory in Black Hole Spacetimes.pdf
Ahmad, Fermion Quantum Field Theory in Black Hole Spacetimes.pdf. Ahmad, Fermion Quantum Field Theory in Black Hole Spacetimes.pdf. Open. Extract.

Jahannam Kay Parwana Yafta By Allama Ahmad Khalil Juma.pdf ...
besturdubooks.wordpress.com. www.besturdubooks.wordpress.com. Page 3 of 433. Jahannam Kay Parwana Yafta By Allama Ahmad Khalil Juma.pdf.

Khakam-Badhan-By-Mushtaq-Ahmad-Yousafi.pdf
Page 3 of 106. 3. Page 3 of 106. Khakam-Badhan-By-Mushtaq-Ahmad-Yousafi.pdf. Khakam-Badhan-By-Mushtaq-Ahmad-Yousafi.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Page 1 of 106.