LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

“ DARAH “

Oleh : Kelompok BRONCHUS Esther Juliana Rehulina (101434014) Anggi Chikitta

(101434032)

Ardy Wicaksono

(101434048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

A. Acara Praktikum : a. Judul

: Darah

b. Tempat Pelaksanan : Laboratorium Biologi Universitas Sanata Dharma c. Tanggal

: 30 Maret 2012

d. Waktu

: 07.30 – 10.00 WIB

B. Tujuan Praktikum : 1. Untuk mengetahui macam-macam golongan darah. 2. Untuk mengetahui komponen penyusun darah. 3. Untuk mengetahui jenis-jenis sel darah.

C. Dasar Teori / Tinjauan Pustaka : Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologis. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan selsel darah. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang didapatkan berkisar antara 40 sampai 47. Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. Pada waktu sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. (Evelyn, 2009)

Susunan darah. Serum darah atau plasma terdiri atas : Tabel 1. Komposisi Darah Air Protein

91,0% 8,0%

Albumin, globulin, protromblin, dan fibrinogen

Mineral

0,9%

Natrium klorida, natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium, besi.

Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino. Plasma juga berisi gas (oksigen dan karbon dioksida, hormonhormon, enzim, dan antigen). Sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan trombosit atau butiran pembeku. (Evelyn, 2009) Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada dua sisinya, sehingga dilihat berbentuk piringan pipih. Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum tulang. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelial, terutama dalam limfa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan, zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. (Evelyn, 2009) Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan dan dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar. Bila terjadi perdarahan, sel darah merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, diperlukan transfusi darah. (Diah, 2007) Hemoglobin ialah protein pigmen yang memberi warna merah pada darah. Setiap hemoglobin kaya akan zat besi. Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen, dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah.

Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan. Oksihemoglobin beredar ke seluruh jaringan tubuh apabila kadar oksigen dalam tubuh lebih rendah dari pada dalam paru-paru maka oksihemoglobin dibebaskan dan oksigen digunakan dalam metabolisme sel. Hemoglobin juga penting dalam pengangkutan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Selain itu hemoglobin berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa (penyanggah asam dan basa). (Evelyn, 2009) Sel Darah Putih Sel darah putih berjumlah sekitar 5000 sampai 10000 butir untuk setiap mikroliter darah manusia. Sel darah putih (leukosit) berumur sekitar 12 hari. Leukosit keluar dari pembuluh kapiler apabila ditemukan anti gen. Proses keluarnya leukosit disebut dengan diapedesis. Leukosit yang berperan melawan penyakit yang masuk dalam tubuh disebut antibodi. (Evelyn, 2009) Sel darah putih terdapat didalam darah manusia yang jauh lebih besar daripada sel darah merah. Sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai sistem ketahanan tubuh. Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting.

Leukosit dibagi dalam dua kelompok yaitu granulosit dan agranulosit.

Granulosit jika plasmanya berglanuler dan aglanurosit jika plasmanya tidak berglanuler. Leukosit granurosit dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu neutrofil, basofil, eusinofil. Leukosit agranulosit dikelompokan menjadi 2, yaitu monosit dan limfosit. Neutrofil berjumlah (± 60%) dalam sel darah putih. Neutrofil memiliki nukleus yang terdiri dari 2 sampai 5 lobus (ruang). Sel-sel ini berukuran sekitar 8 milimikro dalam keadaan segar. Neutrofil bersifat fagosit dengan cara masuk ke jaringan yang terinfeksi. Mula-mula sel-sel neutrofil melekat pada reseptor yang terdapat pada partikel; kemudian membuat ruang tertutup yang berisi partikel-partikel yang berisi fagositosis. Sebuah sel neutrofil dapat menfagositosis 5 sampai 20 bakteri sebelum sel neutrofil menjadi inaktif dan mati. Eosinofil berbentuk hampir seperti bola berukuran hampir 9 milimikro dalam keadaan segar. Memiliki nukleus yang terdiri dari dua lobus dan bersifat fagosit dengan daya fagositosis yang lemah. Fungsi eosinofil dapat mendetoksifikasi toksin penyebab radang. Eosinofil dilepaskan oleh sel basofil atau jaringan yang rusak.

Basofil memiliki nukleus berbentuk “s” yang bersifat fagosit. Basofil melepaskan heparin ke dalam darah. Heparin adalah mukupolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati dan paru-paru. Heparin dapat mencegah pembekuan darah. Selain itu basofil juga melepaskan histamin. Histamin adalah suatu senyawa yang dibebaskan sebagai reaksi terhadap antigen yang sesuai. Monosit memiliki satu nukleus besar yang berbentuk tapal kuda atau ginjal. Berdiameter 12 sampai 20 mikrometer. Monosit dapat berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan, monosit membesar dan bersifat fogosit yang bersifat makrofag. Makrofag ini bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama, paling efektif dan berumur panjang. Limfosit berbentuk seperti bola dengan ukuran diameter 6 sampai 14 mikrometer. Dibentuk di sumsum tulang sedangkan pada janin dibuat di hati. Terdapat dua jenis sel limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit yang tetap berada di sumsum tulang berkembang menjadi limfosit B, sedangkan limfosit yang berda di sumsum tulang dan pindah ke timus berkembang menjadi limfosit T. Limfosit B berperan dalam pembentukan antibodi. Limfosit T memiliki berbagai fungsi, contohnya limfosit siktoksit-T berfungsi menghancurkan sel yang terserang virus. (Diah, 2007) Keping Darah Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%). Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter kubik darah. Trombosit tidak memiliki inti. Dibentuk dalam sumsum tulang dari megakariosit. Megakariosit merupakan trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang. Masa hidupnya dalam darah sekitar 5 sampai 9 hari. Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah atau penggumpalan darah. Trombosit pada permukaan yang luka akan pecah dan mengeluarkan enzim trombokinase. (Evelyn, 2009) Serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, berarti bagian tetap cair. Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, hormon, dan semua substansi exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen - protein faktor koagulasi. Studi yang mempelajari serum disebut serologi.

Serum digunakan dalam berbagai uji diagnostik termasuk untuk menentukan golongan darah. (Wikipedia, 2012) Serum merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen. (Alfiansyah, 2011) Golongan darah, darah dibagi dalam berbagai golongan berdasarkan tipe antigen yang terdapat dialam sel. Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau antigen tipe B yang dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti-B). Sistem A, B, O menurut Karl Landstenier (1868-1943) didasarkan pada ada atau tidaknya aglutinogen dalam darah. Empat golongan darah dikelompokkan menjadi golongan A, golongan B, golongan AB, golongan O. -

Golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan aglutinin-b dalam plasma darah.

-

Golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-B dan aglutinin-a dalam plasma darah.

-

Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan B, dan plasma darah tidak memiliki aglutinin.

-

Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B, dan plasma darah memiliki aglutinin-a dan b. (Diah, 2007)

Gambar 1. Antibodi dan Antigen pada Golongan Darah (Sumber :Luisa, powerpoint) Ketika sistem kekebalan tubuh berusaha mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah satu hal pertama yang dicarinya adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh bertemu salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, ia akan menciptakan antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses yang disebut aglutinasi (penggumpalan sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen dan menjadikannya sangat lengket. Ketika sel, virus, parasit dan bakteri digumpalkan, mereka melekat satu sama lain dan “menggumpal”, yang menjadikan tugas pembuangan mereka lebih mudah. Ini lebih seperti memborgol kriminal menjadi satu. Mereka menjadi tidak berbahaya daripada ketika dibiarkan bergerak dengan bebas. Aglutinasi merupakan konsep penting dalam analisis golongan darah. Antibodi golongan darah ini, yang seringkali disebut isohemaglutinin, merupakan antibodi paling kuat dalam sistem kekebalan tubuh, dan kemampuan mereka untuk menggumpalkan sel-sel golongan darah yang berbeda sangat kuat sehingga bisa diamati dengan cepat di slide kaca dengan mata biasa (Anonim, 2009). Darah dari golongan yang tidak sama apabila ditranfusikan akan mengakibatkan bahan dalam plasma yang bernama aglutinin menggumpal dan juga terjadi hemolisis (memecahnya) sel darah merah.

Gambar 2. Uji Serum golongan darah A, B, AB, O (Sumber : Diah, Biologi 2) Cara lain dalam mengelompokkan golongan darah adalah dengan menggunakan metode Rhesus (Rh). Faktor Rh atau Rhesus dalam darah yang penting untuk diketahui pada bayi yang baru lahir kalau terjadi ketidakcocokan antara darah bayi dan darah ibunya. Apabila darah yang ditetesi dengan Rh terjadi penggumpalan, maka golongan darah tersebut Rh positif, dam apabila darah yang ditetesi Rh tidak terjadi penggumpalan maka darah tersebut dikatakan Rh negatif. Dipandang dari donor darah; golongan AB dapat memberi darah pada AB, golongan A kepada A dan AB, golongan B kepada B dan AB, golongan O adalah donor umum untuk semua golongan. Golongan AB adalah resipien umum, golongan A dapat menerima dari golongan A dan O, golongan B dapat menerima dari golongan B dan O, dan golongan O dari O. (Diah, 2007)

D. Alat, Bahan dan Cara Kerja Alat 1. Kaca benda

Bahan 1. Alkohol 70 %

2. Mikroskop

2. Serum anti A

3. Jarum lanset

3. Serum anti B

4. Tusuk gigi

4. Larutan Giemsa

5. Kapas

5. Methanol

6. Serbet / tissue

7. Pipet tetes 8. Kaca pembesar

Cara Kerja : 1. Pengambilan darah -

Tangan probandus diayun-ayunkan terlebih dahulu sebelum jari probandus ditusuk.

-

Ujung jari dibersihkan dengan alkohol 70 %.

-

Jari dipegang dan ditekan sedikit

-

Jari ditusuk dengan lanset/jarum Franke dengan arah tegak lurus, setelah darah keluar jari tidak boleh dipijat / diperas.

-

Tetesan pertama dihapus dengan kapas, tetesan berikutnya digunakan untuk pemeriksaan.

2. Penetapan golongan darah -

Kaca benda yang bersih dan kering disediakan.

-

Setetes serum anti-A diletakkan pada kaca benda

-

Setetes darah probandus diteteskan pada serum tersebut dan dicampur menggunakan tusuk gigi.

-

Kaca benda digoyangkan dengan membuat gerajan lingkaran.

-

Diamati ada tidaknya aglutinasi pada kaca benda.

-

Setetes serum anti-B diletakkan pada kaca benda

-

Setetes darah probandus diteteskan pada serum tersebut dan dicampur menggunakan tusuk gigi.

-

Kaca benda digoyangkan dengan membuat gerajan lingkaran.

-

Diamati ada tidaknya aglutinasi pada kaca benda

-

Golongan darah probandus ditentukan.

3. Komponen penyusun darah -

3 tetes darah diletakkan pada kaca benda , didiamkan selama beberapa menit.

-

Perubahan yang terjadi diamati sesaat setelah darah diteteskan dan setelah beberapa menit didiamkan. Diamati menggunakan loupe.

4. Jenis sel darah -

1 tetes darah diletakkan pada kaca benda 1 yang bersih

-

Dibuat apusan dengan cara: diambil kaca benda 2 yang bersih, disentuhkan salah satu ujungnya pada kaca benda 1 disebelah kiri tetesan darah tersebut, sehingga kedua gelas benda membentuk sudut 45˚ ke kanan.

-

Kaca benda 2 digerakkan ke kanan hingga tetesan darah berada di sudut antara kaca benda 1 dan 2. Hasilnya berupa garis tipis.

-

Gelas benda 2 digerakkan ke kiri dengan cepat dan teratur dengan besar sudut yang sama. Diperoleh hasil sediaan apus dari darah, berupa lapisan tipis dan homogen pada kaca benda 1.

-

Didiamkan beberapa saat hingga kering.

-

Pada sediaan apus yang telah kering ditetesi methanol selama 5 menit, kemudian dibuang lalu dikeringkan.

-

Sediaan ditetesi larutan Giemsa dan dibiarkan selama 30-45 menit, lalu dibuang/dicuci.

-

Sediaan dicuci dengan air mengalir kecil lalu dikeringkan diudara kamar.

-

Sediaan diamati dibawah mikroskop.

-

Sel-sel darah yang dijumpai digambar.

E. Hasil Percobaan 1. Penetapan golongan darah No.

Nama Probandus

1

Anggi

2

Gebi

3

Fifi

4

Ambulans

5

Indah

Anti-A

Anti-B

Tidak

Tidak

menggumpal

menggumpal

Menggumpal Tidak menggumpal Menggumpal Tidak menggumpal

Tidak menggumpal

Golongan Darah O

A

Menggumpal

B

Menggumpal

AB

Menggumpal

B

Gambar

2. Komponen penyusun darah Komponen penyusun darah terdiri atas sel-sel darah dan plasma darah :

Plasma darah

Sel-sel darah

Pada gelas benda

Darah beberapa saat di luar tubuh

3. Jenis Sel Darah Jenis-jenis sel darah yang dijumpai : -

Sel darah merah/eritrosit :

Darah setelah lama di luar tubuh

-

Sel darah putih/leukosit :

Inti sel berlobus 3

Sel darah merah

Inti sel berlobus 3

Inti sel bulat Inti sel berbentuk kacang

Inti sel berbentuk S

F. Pembahasan 1. Penetapan golongan darah

Penetapan golongan darah dilakukan dengan menggunakan serum anti-A dan serum anti-B yang berisi semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi- A atau B, serta hormon. Darah sebagai sampel dalam penetapan golongan darah diperoleh dari lima orang probandus. Masing-masing sampel ditetesi serum anti-A dan serum anti-B untuk mengetahui golongan darah dari probandus tersebut. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil : Pada probandus pertama, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda. Darah tersebut akan digunakan sebagai sampel dalam penentuan golongan darah. Untuk mengetahui golongan darah probandus pertama, ditetesi serum anti-A dan serum antiB. Setelah darah dan serum diaduk, kemudian diamati tampak darah yang diberi serum anti-A tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena pada darah tersebut tidak memiliki aglutinogen-A. Aglutinin merupakan protein dalam darah yang dapat menggumpalkan aglutinogen, apabila aglutinin-a tercampur dengan aglutinogen-A maka akan terjadi aglutinasi, darah akan menggumpal dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Darah yang diberikan serum anti-B tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena tidak memiliki aglutinogen-B. Apabila aglutinin-b tercampur dengan aglutinogen-B maka akan terjadi aglutinasi, darah akan menggumpal. Karena setelah ditetesi serum darah tidak ada yang menggumpal, maka darah tersebut tidak memiliki aglutinogen-A dan aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui golongan darah dari probandus pertama adalah golongan darah O. Pada probandus kedua, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda. Untuk mengetahui golongan darah probandus, ditetesi serum anti-A dan serum anti-B pada darah. Melalui pengamatan, setelah diaduk tampak darah yang diberi serum anti-A mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-A, karena apabila aglutinin-a tercampur dengan aglutinogen-A maka akan terjadi aglutinasi, darah akan menggumpal. Darah yang diberikan serum anti-B tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena tidak memiliki aglutinogen-B. Setelah ditetesi serum

anti-A darah mengalami

penggumpalan dan setelah ditetesi serum anti-B darah tidak menggumpal, maka darah tersebut memiliki aglutinogen-A dan tidak memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui bahwa golongan darah dari probandus kedua adalah golongan darah A. Pada probandus ketiga, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda. Ditetesi serum anti-A dan serum anti-B pada darah untuk mengetahui golongan darah probandus ketiga. Melalui pengamatan, setelah diaduk tampak darah yang diberi serum antiA tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena tidak memiliki aglutinogen-A, karena apabila aglutinin-a tercampur dengan aglutinogen-A maka akan terjadi aglutinasi. Darah yang

diberikan serum anti-B mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-B. Aglutinin-b tidak bisa bercampur dengan aglutinogen-B, menyebabkan penggumpalan / aglutinasi. Ketika sistem kekebalan tubuh berusaha mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah satu hal pertama yang dicarinya adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh bertemu salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, ia akan menciptakan antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses yang disebut aglutinasi (penggumpalan sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen dan menjadikannya sangat lengket. Karena setelah ditetesi serum

anti-A darah tidak mengalami penggumpalan dan

setelah ditetesi serum anti-B darah menggumpal, maka darah tersebut tidak memiliki aglutinogen-A dan memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui golongan darah dari probandus ketiga adalah golongan darah B. Pada probandus keempat, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda. Untuk mengetahui golongan darah probandus keempat, ditetesi serum anti-A dan serum anti-B pada darah. Setelah diaduk dan diamati, tampak darah yang diberi serum anti-A mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-A. Aglutinin-a tidak bisa bercampur dengan aglutinogen-A, dan menyebabkan penggumpalan/aglutinasi. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh dapat mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah satu hal pertama yang dicari adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh bertemu salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, maka ia akan menciptakan antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses yang disebut aglutinasi (penggumpalan sel). Ini berarti antibodi melekat pada antigen dan menjadikannya sangat lengket. Darah yang diberikan serum anti-B mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-B. Aglutinin-b tidak bisa bercampur dengan aglutinogen-B, akan menyebabkan penggumpalan/aglutinasi . Karena setelah ditetesi serum anti-A darah mengalami penggumpalan dan setelah ditetesi serum anti-B darah menggumpal, maka darah tersebut memiliki aglutinogen-A dan memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui golongan darah dari probandus keempat adalah golongan darah AB. Pada probandus kelima, darah probandus diteteskan dan di letakkan pada gelas benda. Ditetesi serum A dan serum B pada darah untuk mengetahui golongan darah probandus ketiga. Melalui pengamatan, setelah diaduk tampak darah yang diberi serum anti A tidak mengalami penggumpalan/aglutinasi karena tidak memiliki aglutinogen-A, darah yang diberikan serum anti-B mengalami penggumpalan/aglutinasi karena memiliki aglutinogen-B. Karena setelah ditetesi serum anti-A darah tidak mengalami penggumpalan dan setelah

ditetesi serum anti-B darah menggumpal, maka darah tersebut tidak memiliki aglutinogen-A dan memiliki aglutinogen-B, sehingga dapat diketahui golongan darah dari probandus ketiga adalah golongan darah B. Serum anti A menyebabkan aglutinasi pada golongan darah A dan golongan darah AB tidak mempunyai pengaruh pada golongan darah B dan golongan darah O. Serum anti B menyebabkan aglutinasi pada golongan darah B dan golongan darah AB tidak berpengaruh pada golongan darah A dan O.

2. Komponen penyusun darah Plasma darah merupakan bagian darah yang cair. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormon, dan endapan kotoran selain sel-sel darah. Saat pertama darah ditetesi di kaca benda, sel-sel darah masih bergabung satu dengan yang lainnya (dapat menyebar merata) akan tetapi setelah beberapa menit di diamkan darah mengalami perubahan, dimana pada bagian tepi darah menjadi berwarna merah kekuningan sedangkan pada bagian tengah tampak merah pekat. Merah kekuningan tersebut ialah plasma darah dan merah pekat merupakan sel-sel darah. Apabila diamati menggunakan

mikroskop,

sel-sel

darah

tersebut

tampak

bergabung

menjadi

satu/berkumpul, sedangkan plasma darah tampak merah bening dan tidak ada plasma darahnya. Apabila darah sudah berada di luar tubuh dalam waktu yang cukup lama akan membeku dan berubah warna menjadi kehitaman. Selain itu akan nampak garis-garis hitam disela-sela sel darah. Garis-garis tersebut menunjukan bahwa darah telah mengalami kerusakan. Komponen darah dari percobaan di atas, ditemukan bahwa darah terdiri dari plasma dan sel darah di dalamnya.

3. Jenis sel darah Dibuat apusan pada kaca benda, apusan berupa lapisan tipis untuk melihat jenisjenis sel/darah. Setelah dibuat apusan, didiamkan beberapa saat hingga kering. Sediaan apus yang telah kering ditetesi methanol hingga kering. Fungsi ditetesi methanol memfiksasi udara. Setelah kering sediaan apus ditetesi larutan Giemsa, kemudian ditunggu selama 30-45 menit. Fungsi pemberian larutan Giemsa untuk memberi warna pada sel agar sel-sel darah mudah dilihat dan dibedakan. Setelah 30 menit, sediaan dicuci kemudian

dikeringkan lalu diamati di bawah mikroskop. Dengan perbesaran yang kuat, dijumpai berbagai macam sel-sel darah. Sel-sel yang berhasil kami amati adalah neutrofil, limfosit, eusinofil, monosit, basofil, dan sel darah merah/eritrosit. 

Eritrosit merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki nukleus.



Neutrofil merupakan sel darah putih yang memiliki nukleus yang terdiri dari dua sampai lima lobus (ruang). Sel neutrofil yang kami jumpai memiliki tiga lobus.



Limfosit merupakan sel darah putih yang berbentuk seperti bola.



Eusinofil merupakan sel darah putih yang berbentuk hampir seperti bola, memiliki nukleus yang terdiri dari dua lobus-tiga lobus. Sel eusinofil memiliki kecendrungan untuk berkumpul dalam suatu jaringan. Sel eusinofil yang kami jumpai memiliki tiga lobus dan dikelilingi sel-sel darah merah.



Monosit merupakan sel darah putih yang memiliki satu nukleus besar dan berbentuk seperti ginjal / seperti kacang. Sel monosit memiliki inti sel yang berwarna biru.



Basofil merupakan sel darah putih yang memiliki nukleus seperti S.

G. Kesimpulan 

Setelah melakukan percobaan dalam menetapkan macam-macam golongan darah dengan cara ditetesi serum anti-A dan serum anti-B disimpulkan bahwa penetapan golongan darah A, B, O didasarkan pada ada tidaknya aglutinogen-A dan aglutinogen-B pada darah yang digumpalkan oleh aglutinin. Berdasarkan hal tersebut, diketahui adanya macam-macam golongan darah yaitu, A, B, O, dan AB.



Komponen penyusun darah dari percobaan di atas, ditemukan bahwa darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah di dalamnya.



Sel-sel darah terdiri dari berbagai jenis, diantaranya sel darah merah/eritrosit, sel darah putih terdiri dari: neutrofil, basofil, eusinofil, monosit dan limfosit.

H. Daftar Pustaka Campbell, reece. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga Diah Aryulina, dkk. 2007. Biologi 2. Jakarta: Esis

Handoyo, Luisa Diana.2012. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia http://id.wikipedia.org/wiki/Serum_darah diakses 2 April 2012 pukul 20.34

http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/fungsi-pengertian-komponen-plasma-darah.html diakses 2 April 2012 pukul 20.45 I. Lampiran

Golongan darah O

Golongan darah A

Golongan darah B

Golongan darah AB

Sediaan apus sebelum ditetesi methanol

Jenis-jenis sel dibawah mikroskop

Sediaan apus setelah ditetesi larutan Giemsa

Jenis-jenis sel dibawah mikroskop

Laporan-Praktikum-Anatomi-Dan-Fisiologi-Manusia-Darah.pdf ...

Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Laporan-Praktikum-Anatomi-Dan-Fisiologi-Manusia-Darah.pdf.

787KB Sizes 0 Downloads 205 Views

Recommend Documents

No documents