Goblin Kingdom V1 – Chapter 1-9 Author: Haruno inja (春野隠者) Alternative name: Goblin no Oukoku (ゴブリンの王国), Goblin kingdom Type : Web Novel (JP) Genre: Action Adventure Drama Fantasy Seinen Sub genre: Army Building Army Commander Domestic Affairs Elves Evolution Game Elements Goblins Goddesses Gods Kingdom Building Kingdoms Loyal Servants Male Protagonist Military Monsters Non-human Protagonist Orcs Reincarnated as a Monster Reincarnation Royalty Subtle Romance Tribal Society Wars Weak to Strong Description: Dengan wajah mengerikan mereka yang dikenal sebagi Goblin. Diburu hari demi hari, diinjak-injak, dan hancur, makhluk ini hidup dengan tidak banyak hal selain dibunuh. Tapi semua itu berubah ketika sang Raja terlahir.

Goblin Kingdom - Chapter 1: Parturition Dimana aku? Saat aku membuka mataku. Apa yang pertama kali menyambutku adalah kegelapan sementara rasa lapar menyakitkan menusuk diriku. Lapar? Bukan. Lebih seperti... "Derita kelaparan". Sebuah rasa lapar yang begitu hebat sampai itu seperti nafsu. “Gigi.” Aku... lapar. Aku ingin mengatakan itu, tapi aku tidak bisa. Satu-satunya hal yang keluar dari mulutku, adalah keram, pekikan samar. Aku memejamkan mataku, tapi rasa lapar itu terus menyerangku, tanpa henti, tanpa jeda. Aku terus memejamkan mataku. Aku tidak ingin membuka mataku. Itu terlalu memerlukan banyak usaha. “Gagururu!” Tapi kemudian ada sesuatu... Aku mendengar sesuatu. Semacam suara, dari suatu tempat yang dekat. “Gi?” Suara itu perlahan merambat, akhirnya berhenti didepanku. Lalu aku merasakan sesuatu mengenaiku. Sesuatu yang lembut dan lunak, dengan bau menjijikan.... Daging. Ini daging! Tergila-gila karena kelaparan, aku tidak memikirkan daging macam apa itu. Dengan rakus, aku meletakan daging kemulutku dan menenggelamkan gigiku. Enak! Hahahaha! Ini Enak! Aku tidak tau daging macam apa ini, tapi ini Enak! Jauh melebihi apapun yang pernahku rasakan. “Gigi– – – gigigi!”

Sebelum aku tau itu, aku sudah memakan semuanya. – – – Lagi! Aku ingin lagi! Ini tak cukup! Aku ingin lagi! Lagi! Lagi! Lagi! Hasrat dalam diriku, ketidakpuasan, tumbuh ganas dalam tubuhku karena Nafsu untuk lebih banyak daging. Kemudian tiba-tiba, sesuatu menggenggam diriku. Itu memegang leherku dari belakang, dan mengangkat ku keatas. “Gi?” Jika aku bisa melihat keatas sekarang, maka aku akan tau apa itu adalah tangan makhluk besar yang sedang memegangku. Tapi saat aku merasakan angin mengusap diriku. Cahaya secara bertahap mulai memenuhi pandanganku. Saat cahaya itu menyinariku, aku dipaksa untuk menyipitkan mataku. Terlalu terang, pikir ku. Cahaya itu memasuki mataku seperti api, itu membakar mataku. Jika aku perlahan membuka mataku, maka aku harusnya bisa.... “Gigi?” Ketika aku akhirnya bisa membuka mataku, apa yang menyambutku adalah, Hutan berkabut. Kemudian aku menyadari, bidang penglihatanku sedang berguncang. Aku penasaran sudah berapa lama ini, sejak terakhir kali aku dibawa seperti ini. 20 tahun lalu? Tidak, bahkan sebagai seorang bayi, aku akan membawanya lebih... Dengan cara biasa. Maksudku manusia dari awal adalah... Saat aku penasaran siapa yang memperlakukanku begitu kasar, aku menggerakan mataku. Tapi apa yang aku lihat mengejutkanku sampai kedalam tubuhku. Apa yang mengayunkan ku kesana-kemari seperti seorang anak, adalah sesuatu yang aku tidak habis pikir pantas menjadi sebuah lelucon. Seekor Makhluk besar dengan, badan hijau. “Gi?” Tidak.... Entah bagaiamana kau melihat ini. Ini....

Ini bukan manusia. Dengan kata lain... Adalah itu. Mungkin karena kekurangan kosakata, tapi aku tidak bisa memikirkan Kata yang pas selain... Goblin. Ya, seekor Goblin. Wajah yang mengerikan. Besar, lebar, Tubuh dengan kulit hijau. Ya. seekor Goblin. Itu pasti Goblin. Saat aku menggumamkan itu pada diriku sendiri, Goblin itu berbalik dan menatapku dengan wajah yang hanya bisa ku gambarkan sebagai menjijikan. Tidak bagus. Aku akan mati, pikirku saat aku menelan ludah. Hijau itu, Monster besar yang sangat mengerikan. Tatapannya saja, cukup membuatku mendekati kematian. Namun, aku lega, dia hanya melirikku saja, sebelum berjalan lagi. Terus berjalan, dan akhirnya, kami meninggalkan Hutan kabut. Setelah itu, dia ringan meletakanku ditepi danau yang indah. "Makanan. Tangkap. Tidak bisa, mati." Setelah Goblin mengatakan itu padaku, dia mundur, dan berjalan menjauh. Melihat Goblin itu menjauh, aku menyadari dia punya Senjata mematikan yang terlihat agak seperti Gada satutangan dipunggungnya. Makanan? Apa dia membicarakan daging tadi? Tapi yang jelas daging macam apa itu? Dalam kasus apapun, aku tidak punya keinginan untuk melawan seekor Monster. Jadi untuk sekarang, aku lebih baik menyegarkan diri dengan beberapa air Danau. Btw, ini aman diminum... Kan? Saat aku memuaskan dahagaku, aku kelihatannya bisa mangalihkan rasa laparku. Sekarang, apa yang aku harus lakukan? Haruskah aku berlari? Tapi masalah terbesarnya adalah aku tidak tau apa yang sedang terjadi. Saat memikirkan itu, aku tenang menatap permukaan air. Saat itu, tiba-tiba, pikiranku berhenti.

“Gi?” Ah? Kenapa ada disana? Wajah mengerikan itu, Monster hijau besar itu, tercermin dipermukaan air. “Gigi?” Ah? Aku bisa melihatnya. Itu sama, jelek, berkulit hijau. “Gigi?” Aah? Menatap refleksi itu, aku menggerakan tanganku. Seperti cermin, bayangan refleksi itu meniruku, dan menangkupkannya kepipiku. "Mustahil," pikirku. Tidak mau menerimanya, aku menyentuh wajahku beberapa waktu. Dalam respon, refleksi diair bergerak dengan cara yang sama persis. Aku memasukan tanganku kedalam air, dan mengguncangnya sebentar. Riak bergelombang menabrak refleksi, menghilangkannya. “Gigi? Gu?” Aku? Seorang Monster? Masih tidak bisa percaya, aku melihat tanganku. Itu sama, mengerikan, warna hijau. Bisakah orang-orang menyebut ini manusia? Jika iya, maka tangan anjing atau babi bisa dianggap sebagai manusia. Saat aku menyentuh wajahku dengan tangan, aku menatap refleksi air. “Gigi.” – – – Monster. Tidak. Aku mencubit wajahku, aku menariknya, aku memutarnya, aku menggaruknya, apapun, hanya untuk berharap, berharap monster itu bukan aku.

Pada akhirnya, tidak terjadi apa-apa. Tidak ada secercah harapan untuk permohonan itu. “Gugugugu.” – – – Kukukuku “Gya– gaggugugu!” – – – Ahahahaha. Aku hanya bisa tertawa. Komedi absurd apa'an ini? Apakah ada yang bisa menjelaskan ini? Aku harusnya menjalani hidup tanpa masalah apapun. Dalam beberapa tahun aku akan mendapat pekerjaan. Namun... Mengapa? Seorang Monster? Bagaimana? Apa ini mimpi? Saat aku meneruskan tawaku sampai kering, apa yang meletus selanjutnya, didalam diriku, adalah kemarahan. Mengapa? Sebuah kemarahan yang tidak seorangpun bisa menjawabnya. Aku mengalihkan mataku dari permukaan air dan aku memukul tanah. Rasa dari tanah. Sensasi rumput. Dan bahkan getah dari gigitan kutu yang baru saja aku hancurkan. Semua itu hanya mendorongku, berteriak padaku, kebenaran dari kenyataan sialan ini. “Gigurua!!” Aku ingin berteriak. Tapi apa yang datang dari tenggorokanku hanyalah suara asam yang bahkan tidak bisa menggucapkan sebuah Kalimat. Sesuatu seperti ini hanya bisa disebut tangisan hewan buas, atau mungkin, itu tidak ada bedanya dari raungan bayi yang baru lahir. Tapi alasan untuk berteriak, itu karna insting.

Aku lapar. Aku hanya ingin makan, namun... Apa ini Hasrat? Saat mataku mulai mengering, aku menenggelamkan wajahku kedalam air, dan penuh semangat meneguknya. Tenggorokanku bergetar saat aku minum sampai memenuhi perutku. Kemudian aku memisahkan diri dari danau, dan terbaring ditanah. Sinar cahaya itu membakar tubuh dan mataku, menjengkelkan. Bangsat. Aku merasa seperti orang bodoh. Aku akan tidur. Aku berlindung di bawah naungan pohon. Itu tidak rimbun, tapi setidaknya bisa mengurangi sinar matahari menjengkelkan. Lalu, aku menutup mataku. Terimakasih pada air yang kuminum, entahbagaimana aku bisa meredakan rasa lapar takterpuaskanku. Kalo begini, aku bisa secepatnya tertidur. △▼△ Ketika aku membuka mataku, hari sudah menjadi gelap. “Gi.” Sial. Aku mengutuk saat aku membuka mata. Seperti yang diharapkan, meski suara yang keluar hanyalah erangan yang takdapatdimengerti. Aku mencoba mengangkat tanganku. Tentu saja, itu adalah tangan hijau jelek. Dengan beberapa gundukan disini dan disana, tidak seorangpun bisa menyebut itu cantik. “Gi– – – ?” – – – Hey? Saat aku meninggalkan hutan kegelapan, aku melihat langit malam. Bang! Itu seakan petir menyambarku. Dilangit yang bercahayakan bulan purnama.

Tapi yang menggantung dilangit jauh lebih besar dari yang aku ingat. Terlebih, ada dua disana. Seperti kilatan petir, aku tiba-tiba mengingat sesuatu yang pernah aku baca dari light novel. Sebuah Dunia yang berbeda. Dalam cerita itu, orang-orang dipindahkan dari dunia mereka ke dunia lain, dimana mereka diberikan Kekuatan spesial. Orang-orang itu menjadi pahlawan dan mereka menundukan Raja iblis. Ya, itu salah satu akhir klise bahagia. Aku tidak banyak mengingat cerita itu, tapi... Karena dalam situasi yang sama, untuk pertama kalinya, aku hanya bisa mengeluarkan keringat dingin. Tapi tetap saja... Untuk mengambil kemanusiaanku. Apa ini salah satu kejahilan tuhan? Konyol. Sangat tidak masuk akal. Meski aku berpikir keras, apa yang akan berubah? Pada akhirnya, aku masih seorang monster jelek. Aku lapar. Dalam perenunganku, teriakan naluri bergema, dan rasa lapar takterpuaskan sekali lagi menyerangku dari dalam. Tanpa sadar, rasa lapar itu melumpuhkan pikiranku. Amat sangat, sampai mataku mulai melihatlihat sekitar, mencari makanan. ...Dalam hal apapun, aku lebih baik minum air dulu. Setelah memenuhi perutku, aku berdiri. Ini harusnya sudah cukup untuk saat ini. Sekarang, mengenai situasi ini, dan mengenai pertanyaan apakah aku bisa pulang atau tidak. Aku bisa memikirkan itu nanti. Jadi, utamakan rasa laparku dulu. Daging, aku ingin makan daging. Daging

Aku ingin makan. Aku ingin makan. Aku ingin makan. Aku ingin makan. Aku ingin makan. Aku ingin makan. Aku ingin makan. Aku ingin makan. Aku ingin makan. Sekarang aku memikirkan itu, aku bisa melihat dengan baik didalam kegelapan. Aku kira ini salah satu keuntungan jadi monster. Mataku mulai melihat kesekitar, mencari mangsa. Dalam sekejap bayangan bergerak memasuki bidang penglihatanku, aku berlari. “Guruaa!” Bergerak didalam semak-semak, itu adalah kelinci. Ia mencoba melarikan diri segera setelah melihat ku. Tapi, mengejutkan, aku bisa melompat dengan kekuatan hebat, memungkinkanku memojokan kelinci itu. Disana, tanpa sedikit pun keraguan, aku mencekiknya sampai mati. Membuka mulut lebar-lebar, aku membawa kepala yang tak bernyawanya ke dalam rahang ku, dan aku menenggelamkan taringku ke lehernya. Darah mengucur dari bulu dimana aku memasukan taringku. Aku menjilati darah mengalir itu dan menikmati setiap bagian binatang itu. Ah, lezat gila. Aku memamah tempurung kepalanya. Cairan sum-sum menyembur. Dan saking enaknya, aku menghirupnya, mengirim kenikmatan itu, keseluruh tubuhku. Dengan cara ini, aku bisa menahan rasa laparku. Kemudian aku mengingat sesuatu. Bukankah ada cerita tentang seorang pria yang menjadi Macan?

Goblin Kingdom - Chapter 2: Gekokujou Tl eng: w gak bisa nemuin english judulnya. Tapi 'gekokujou' berarti junior yang menjatuhkan senior mereka Chapter 2: Gekokujou Aku menekan Rasa lapar ku dengan mangsa-mangsa kecil. Itu membuatku bisa melewati malam ini. Jumlah mangsa yang telah aku lahap total ada 4. 2 kelinci, satunya Kodok, dan sisanya Kadal. Memakan hal seperti ini, jika aku masih seorang manusia, maka aku tidakdiragukan lagi akan muntah. Jangan tanyakan itu. Dengan makanan ini, dan malam tersisa, jelas tidak ada keraguan tersisa dalam diriku. Monster. Aku seorang Monster. Melihat bentuk mengerikanku yang mulai agak terbiasa. Pada akhirnya, aku tidak lagi bergetar saat melihat diriku sendiri. Selain itu, ini tidak terlalu buruk. Aku menyadarinya ketika perburuan pertamaku. Tubuh ini jauh lebih tangguh daripada manusia. Mata yang bisa melihat didalam kegelapan, kuku yang bisa mencabik-cabik mangsa nya, dan taring yang cukup kuat untuk memecahkan tengkorak. Kekuatan yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan lemah Manusia. Selain itu, tidak ada rasa takut saat melalui air keruh. Ketahanan tubuh ini luarbiasa, air keruh saja tidak akan menggoresnya. Manusia menumpahkan banyak hal dalam evolusi-nya. Dan hal-hal itu yang manusia tak punya, tapi tubuh ini masih punya. Jika aku ingin, aku bisa menjalani sisa hari-hari ku seperti ini, dan aku tidak akan punya sedikitpun masalah. Karena tubuh ini sebenarnya lebih mudah daripada tubuh manusiaku. Tentu saja, aku ingin bebas dari sini sebagai monster. Merosot turun dibawah naungan pohon, aku mulai berpikir.

Sekarang, apa yang harusku lakukan? Aku jelas tidak ingin menjadi monster. Aku pernah sekali membaca sesuatu seperti ini sebelumnya. Itu cerita tentang seorang pria yang ingin menjadi Harimau. Dalam cerita itu, orang itu tumbuh gila, dan dia tidak hanya menjadi Harimau dipikirannya, tapi bahkan seluruh tubuhnya. Aku tidak ingin berakhir begitu. Kemungkinannya adalah, aku berada didunia yang berbeda. Dan kemungkinan terbesarnya, aku tidak akan lagi jadi manusia. Karena itu, aku harus menemukan cara untuk kembali. Sekarang, apa yang harus kulakukan? Aku merenungkan tindakanku sambil bermain-main dengan kelinci yang aku tangkap sebelum fajar. Mengingat kembali, bukankah Goblin itu berbicara? "Dapatkan makanan" Katanya. Dia berbicara, dia jelas melakukannya. Jika begitu, maka dia juga bisa bercakap-cakap. Sejak saling bertemu, maka kemungkinan ada Goblin lain juga ada? Aku mungkin tidak tau cara pulang, tapi jika ada sebuah komunitas, maka harusnya ada cara untukku mendapatkan informasi. Dengan itu, aku mengatur pikiranku. Aku mengambil kelinci dan mulai berjalan menuju gua sebelumnya. Tapi segera saat aku melakukannya, aku merasakan hawa dingin menyelimuti tulang punggungku, menyebabkan aku berhenti ditengan jalan. Saat aku merasakan sensasi itu, aku segera melompat kedalam semak-semak. Rasa takut berputar mengelilingi seluruh tubuhku, menyebabkan kakiku bergetar takterkendali. Penasaran dan waspada, aku menutup telingaku. Ada, suara mendesing menyakitkan memasuki telingaku. Pada saat yang sama, aku melihat seekor laba-laba raksasa seukuran dua pria dewasa, berjalan seperti seorang raja. Hatiku tenang seperti es, tapi kakiku terus bergetar tanpa tanda-tanda berhenti.

Logika mempertanyakan identitas monster itu, tapi instingku membangunkan semacam rasa takut pada hewan itu. Tubuhku hanya bisa bergetar karena keseimbangan kekuatan antara Predator dan mangsa. Enam-mata-merah, jauh dari kata manusiawi, berkeliling mencari mangsanya. Sementara Enam kaki, yang masing-masingnya sebanding dengan tinggi manusia, menopangnya. “Kisha!” Sejenak aku berpikir bahwa dia tiba-tiba berhenti bergerak, monster laba-laba itu melompat kedalam semak-semak yang berlawanan dengan semak-semak aku tempati. “Guwoo!” Makhluk yang bersembunyi didalam semak-semak berlawanan itu terkejut, dan panik. Makhluk itu punya kepala babi yang mengerikan, dan pada saat yang sama, dia punya dua kaki untuk berjalan. Dengan kata lain, seekor Orc. Panik, Orc itu mencoba melarikan diri, tapi monster laba-laba itu langsung mengejarnya. Orc itu melompat keluar dari semak-semak, tapi Monster laba-laba itu lincah menggerakan kaki panjangnya dengan kecepatan mengagumkan, sampai memojokannya. Dipojokkan, Orc itu ditekan kebawah dengan dua kaki laba-laba itu. Kemudian, monster labalaba itu mengantarkan rahang dinginnya menuju kepala Orc. Dengan ‘chomp’, dia menggigit kepala Orc, menghancurkan tengkoraknya dan menyemburkan sejumlah besar cairan sum-sum, otak, dan darah, ke dalam mulutnya. Saat potongan-potongan kepala babi itu berenang didalam aperture karnivora itu, monster labalaba itu melahapnya sedikit demi sedikit, menikmati waktu makan. Melihat pertarungan antara dua monster puncak rantai makanan didepan mataku, tubuh mengerikan ini hanya bisa bergetar. Namun, aku mengumpulkan setiap alasan didalam tubuhku, mengumpulkan keberanian apapun agar aku bisa pergi tanpa suara. Setelah aku mengabil beberapa jarak, aku segera berlari secepat yang aku bisa dan menuju gua. Aku, yang punya dan harusnya hidup diantara manusia disepanjang hidupku, baru saja terbangun di alam kemustahilan, Hukum rimba. △▼△ “Gigi!”

Suara takjelas keluar dari mulutku, saat aku berteriak sambil berlari. Tapi saat mencapai gua, aku merasa ragu untuk memasuki kegelapan dan lubang dalam itu. Namun, aku tidak bisa meluangkan waktuku untuk monster laba-laba yang bisa datang kapan saja. Tidak punya waktu tersisa, aku mengeluarkan suaraku, dan berteriak kedalam gua. Beberapa waktu berlalu, dan Goblin sebelumnya keluar. “Makanan.” Sama, wajah mengerikan itu, disertai dengan tatapan yang takbisa digambarkan selain kebencian. Namun, ada satu hal yang mengejutkanku, perbedaan tinggi kami. Pikirku aku hanya menghabiskan satu malam diluar, tampaknya aku sudah tumbuh sedikit. Aku menyerahkan kelinci kepada Goblin, dan dia meliriknya, tanpa mengatakan apapun. Lalu menghilang kedalam gua. Aku tidak tahu apakah aku harus mengejarnya atau tidak, tapi setelah beberapa saat, dia kembali keluar. Dengan tampak tegang, dia berteriak. "Datang! Musuh, datang!" Goblin itu kuat menarik tanganku, dan membawaku kedalam gua. Aku hampir menangis karna menahan kekuatan luarbiasa itu. Rupanya, dia takpernah berniat menahanku dari awal. Goblin lalu melemparku kedalam sebuah ruangan, dan dia cepat pergi mengambil sebuah gada. “Ambil.” Saat aku melihat-lihat, aku memperhatikan sesuatu. Ruang ini mungkin terlihat sedikit jelek, tapi sebenarnya ini adalah gudang senjata. Dalam hal ini, dia ingin aku mengambil satu, kan? Karena aku merasa takut kepada Goblin itu, aku mencari senjata. Sialnya, mereka semua punya kualitas buruk. Ini tidak seperti yang aku pikirkan bahwa mungkin monster ini punya senjata katana jepang atau tombak, tetapi kemudian, aku berharap setidaknya ada sesuatau yang menyerupai senjata.

Dengan pikiran ini, aku bekerja keras menemukan sesuatu yang lebih agak fantasi, seperti sesuatu yang menyerupai pedang panjang. Sayangnya, bagaimanapun, semua yang bisa ku temukan adalah Gada usang, tongkat, dan garpu yang digunakan untuk bertani. Yah, lebih baik dari pada tidak. Dengan itu aku meyakinkan diriku, dan aku mengambil sebuah Gada. "Datang." Kata Goblin saat meninggalkan ruangan. Sementara aku baru setengah berpikir, dan mengikuti setelah itu. △▼△ “Cepat.” Goblin itu mendesakku untuk cepat-cepat, sementara aku menahan Gada berat ini. Aku berpikir dia hanya ingin aku untuk memilih senjata, tapi dia mendorongku kepermukaan dan bahkan membuatku berlari. Akhirnya, tanpa banyak cincong, kami sampai ditujuan kami seharusnya, sebuah desa yang kelihatannya sudah ditinggalkan. Aku tidak benar-benar tau, apakah itu benar-benar sebuah desa yang ditinggalkan atau tidak, karena aku bisa melihat beberapa bayangan menggeliat. Apa itu? Ternyata apa yang berkumpul di sana, adalah sejumlah besar goblin hijau. Dan ditengahtengahhnya ada seperti keberadaan-boss yang punya kulit merah. “Datang!” Goblin yang datang bersamaku, memegang tanganku dengan tangannya, dan membawaku menuju Boss-merah. Saat goblin membawaku, aku hanya bisa membelalak pada hal yang tidak bisa dianggap memiliki jejak keagungan. Goblin merah berperawakan terhormat, tangan besarnya, kilatan tajam dimatanya, dan lebih dari apapun, wajah mengerikan. Dilengkapi dengan armor berkarat, dan sebuah pedang dengan patahan dimata pisaunya. Melihatnya, aku meragukan kami dari ras yang sama.

“Raja, datang. Ini, orang sepele.” Mendengar kalimat terfragmentasi itu, aku punya tebakan bagus bahwa mereka berdua punya hubungan baik. yang Merah adalah Raja mereka, dan gobin-goblin ini adalah pelayannya. Dan begitulah, orang ini membuatku punya penonton dengan Raja sebagai seorang yang lebih rendah darinya. Lalu mendadak, Raja menatapku. “Kau, terakhir. Bajingan lambat, berikan hukuman.” Dengan kata lain, dia ingin menghukumku karena aku yang terakhir? Jangan bercanda... Pikirmu siapa kau? Saat aku berpikir begitu, Goblin disamping Merah bangsat menurunkanku. "Aku, lembut. Tidak akan membunuhmu." Mendongak, mata ku berpotongan dengan mata Goblin merah. Saat aku melihat mata monster itu, aku berpikir aku tidak akan pernah melupakan tatapan itu. Mata yang keruh dengan aura pemimpin dan penghinaan. Semacam tatapan merendahkan seperti keluarga, guru, atau saudara menyebalkan yang diberikan padamu. Kemudian aku merasa punggungku dipukul. “Gugigi!” Merasakan sakit, aku langsung berteriak. Goblin merah itu memukulku dengan gadanya, sambil menunjukkan tanda-tanda kesenangan. Itu terasa seperti dia menikmatinya, menganiaya ku, dan memukul ku beberapa kali. Kemudian, berhenti, dan dia menginjak kepalaku dan mengatakan ini. “Aku, Raja. Jangan… melawan.” Aku akan membunuhmu. Aku tidak tau dimana ini, tapi aku jelas akan membunuhmu! Dalam dunia gila ini, untuk pertama kalinya, aku bisa merasakan sebuah emosi nostalgia.

Itu dunia yang berbeda dari keinginan makan, yang menghampiriku beberapa waktu lalu. Aku tidak memikirkannya bahkan jika kau menganggapnya manusia. Mungkin kau bisa mengatakan bahwa emosi ini harusnya tidak lahir didunia yang ditegakan oleh hukum rimba. Didalam dunia gila dimana yang kuat selalu kuat, dan yang lemah selalu lemah. “Jawab.” Saat perasaan kebencian memenuhi diriku, cukup sampai ketitik dimana aku bisa menyerang, aku menjawab. “Gai” Aku tidak akan menentang. Saat darah biru keluar dari tubuh ku, aku bersumpah, aku akan membunuh keparat ini. △▼△ Saat aku bersumpah mengutuk sambil Boss Goblin menginjakku, aku mendengar suara teriakan dari suatu tempat dikejauhan. “Mu… suh!” Tiba-tiba, aku ditendang kesisi lain, dan Boss-merah mengangkat suaranya. Sementara aku terlempar jauh ketanah seperti sampah, aku melamun menatap pemandangan. Disamping Goblin-merah ada banyak goblin, dan diujung pandanganku ada tiga Orc. Para Orc itu digiring oleh sekumpulan Goblin untuk mendekati Goblin merah. Tapi meski dengan Goblin berjumlah banyak, Orc yang 2 kali lebih besar dari mereka, dengan mudahnya melempar mereka dengan Gadanya. Mereka tak sebanding. Itu kesanku. Dengan perbedaan besar tubuh, tidak ada cara bagi mereka bisa menang dalam pertarungan. Dengan satu ayunan, kepala mereka pecah dan cairan sumsum mereka menyembur. Para Goblin menyerang Orc satu persatu. Tapi pisau besar mereka dihentikan oleh lemak Orc, dan tidak dapat memberi luka fatal.

Selama waktu itu, goblin merah hanya menatap para goblin tanpa turun tangan membantu. Boss merah itu hanya menatap Orc saat mereka dikelilingi dinding goblin hijau. Bahkan sampai membuat Goblin disekitarnya ikut bertarung. Tapi itu tidak berarti. Sesuatu seperti itu tidak bisa memberikan harapan untuk menghentikan Orc. Dan dengan menggunakan tubuh mereka, para Orc itu bisa menerobos dinding goblin. Satu goblin jatuh itulah yang dibutuhkan. Selama seorang jatuh, dinding, juga, akan jatuh. Tapi itu takseperti Orc tidak terluka. Faktanya, Orc sudah punya luka disekujur tubuh mereka, amat banyak, karena itu mereka marah. Kau bisa melihat mata mereka berkedip dalam kemarahan, dengan tanpa harapan apapun tersisa. Mereka harusnya telah putus asa karena tak bisa keluar dari kepungan itu. Dan salah satu Orc berlari menuju Goblin-merah, dan bertubukan dengannya. “Gururu!” “Guga!” Meski dia berhadapan dengan 2 monster, itu berakhir cepat. Yang tersisa adalah hasil yang diduga. Orc itu mengabaikan luka dalam dibahunya, menerbangkan goblin merah, dan mereka menghilang kedalam hutan. Bagi Goblin merah, aku pikir dia kehilangan kesadarnnya. Dia bahkan takberkedut. Saat aku memikirkan itu, aku memperhatikan pedang dari ujung mataku. Pedang itu jatuh, pedang dengan ujung keroak. Tu tump. Pada saat itu, aku mendengar detak jantungku mulai berdebar... Aku mengumpulkan semua kekuatan yang aku bisa, mengabaikan gemuruh monster saat aku merangkak. “Gi, gigi– – – “ Yah, yah. Kebetulan banget yah, bener gak? Iya kan?

Meskipun pusing, aku mengambil hal yang menarik perhatianku. Pedang panjang dengan ujung keroak. Kemudian aku mendekatkannya ke Goblin merah takbergerak. Dia tidak harus mati setelah itu. “Gigigi.” – – – – Mati, anjay. Aku mendorong pedang panjang itu kedalam leher Goblin merah dengan semua kekuatanku Ketika ujung pedang menusuk kedalam tenggorokannya, aku menggerakan pedang kekanan-kiri. “Gigugyaguguaa!” “Dji, – – Djai” Dan saat teriakan kematian Goblin merah bergema, dia menghembuskan nafas terakhirnya, dan lalu berhenti. “Gu, Babbabba…” Aku membunuhnya. “Gigigugugagu” Apa ini? Aku benar-benar jauh lebih bingung daripada yang diharapkan. "Gi, gigu !?" Saat aku memikirkan itu, aku merasakan sesuatu meledak dari dalam diriku, menyebabkan aku jatuh ke lututku. "Gigi, Guha !?" Saat aku merasakan sesuatu yang aneh didalam diriku, aku memegangi kepalaku. Sesuatu sedang terjadi. Sesuatu yang takdapatdijelaskan, sensasi mengerikan dari berbagai macam, memakan ku dari dalam. Disini, aku mendengar pedang jatuh dengan bunyi dari kejauhan. “Ah… ahhh…”

Hanya sekejap telah berlalu, namun rasanya seperti sejam rasa sakit. Saat sakit itu surut, aku melihat sekeliling. Terlalu tenang. Melihat sekitar, aku terkejut bahwa semua Goblin sedang menatapku. Apa Aku... Apa Aku dalam masalah? Sialnya, aku tidak bisa mengumpulkan sedikitpun kekuatan. Tidak bahkan untuk melarikan diri. Saat aku sangat ketakutan, seekor Goblin berjalan maju. “Raja.” Apa? “Ahh?” Apa yang barusan goblin ini katakan? Raja? “Perintahmu.” Ragu-ragu, aku menatap lagi kalimat janggal itu, kemudian melihat tanganku. Merah, mengerikan, dan keras seperti baja. Bagaimana aku menggambarkan emosi yang aku rasakan saat ini? Ini bukan kesenangan menjadi kuat dengan mudah. Juga bukan kebencian karena menjadi buruk rupa. Sebaliknya, aku mabuk. Untuk apa aku penasaran. Tapi terlepas dari itu, aku jelas mabuk.

Goblin kingdom - Chapter 3: Orc Hunt I Sepuluh pagi dan sepuluh malam telah berlalu sejak hari dimana mereka memanggilku Raja. Aku sebagian besar menyerahkan perburuan kepada bawahanku sementara aku merenungkan apa yang aku alami. Aku telah mengalami sesuatu yang mustahil. Sesuatu yang hanya bisa dilihat didalam Game. Jika aku menjadikannya kata-kata, maka apa yang telah aku alami adalah 'Level up', atau dengan bahasa lain, adalah 'Evolusi'. Hipotesis macam apa ini? Ini tidak seakan aku tidak merasa sedih karna punya pikiran kekanak-kanakan ini... Namun! Aku tidak bisa menemukan cara lain untuk memberitahunya. "Ini adalah... Fantasi." "Apa itu?" Hilang dalam pemikiranku, aku taksengaja mengeluarkan suaraku. Saat ajudan ku mendengar itu, dia bertanya. "Itu... Bukan apa-apa." Omong-omong nih, sekarang aku sedikit bisa berbicara. Dan bahkan sejak hari dimana aku menjadi Goblin merah, atau demi kenyamanan Goblin rare, perbedaan perlakuan para Goblin padaku, dibandingkan dengan sebelumnya, adalah seperti perbedaan antara langit dan bumi. Mengapa perilaku mereka berubah? Mungkin, itu karena kekuatan yang aku punya sekarang. Hukum rimba. Itu adalah irasionalitas dunia ini, kemustahilan, Hukum yang mengarah padaku. Sekarang ini, aku mungkin tidak bisa menyebut hidupku ini nyaman, tapi setidaknya, aku bisa hidup bebas. Jujur, dipanggil Raja meski hanya ada 20 makhluk dibawahku itu terasa seperti mengurangi maksud dari 'Raja'. Posisi ini aku terima saat menjadi Goblin rare, namun... Pikiran bergelombang didalam kepalaku menumpuk lebih banyak.

Mengenai Level up... Aku penasaran... Apa aku berubah jadi gini karena aku ngebunuh Goblin langka itu? Atau mungkin emang udah saatnya Evolusi, dan itu hanya terjadi pas ane ngebunuh simerah-bangsat? Saat lapisan hipotesis mulai tumpang tindih aku merenung, 'jika begitu, maka selama aku tidak terbunuh, aku akan berakhir menjadi seperti ini.' Namun... Jika itu hal lain, maka jika aku membunuh sesuatu, aku bisa mendapat kekuatan yang lebih hebat. Dengan kata lain, jika aku membunuh Orc, aku akan jadi Orc. Jika aku membunuh Giant spider, maka… Tidak. Aku ubah hipotesisku. Jika ini memang Evolusi, maka apakah mungkin bagi seekor makhluk berubah jadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda? Tapi, ini adalah 'Fantasi'. Tidak ada yang mustahil. Apa Karena logika, apa karena alasan itu tubuhku berubah banyak dalam waktu singkat? Aku tidak tau. Satu hal khusus disini yaitu ini bukanlah keajaiban. Hmm… Aku butuh banyak sampel. Benar. “Kau.” “Ya?” “Apa ada Raja lain seperti ku?” Goblin seperti-ajudan melihat sekitar resah, kemudian dia mendekatkan wajah jeleknya, dan mengatakan ini. "Satu disana... Lainnya disana... Dua ada disana." ...Hey, bukankah terlalu sedikit?

Tapi ini menandakan ada existensi yang lebih kuat dari aku. Setidaknya, Harusnya ada beberapa dari mereka selain Goblin. "Apakah ada... Yang melebihi Raja?" Oh, pertanyaan cakep tuh. Aku mungkin punya perasaan bagus tentang ini. "Seorang Raja hebat...." Goblin bergumam saat menggelengkan kepalanya. Hmm... Melihatnya menggeleng, dia sebenarnya cukup ramah. Tapi Raja besar, huh? Jika dia mengatakan tidak ada hal itu, maka setidaknya, tidak ada seorangpun yang melebihi pengetahuan ajudan ini. Aku mulai merenung lagi. Raja hebat, huh? Aku harus bisa memahami ini sejak aku menjadi Goblin rare, tapi nampaknya, Makhluk yang dipanggil Goblin ini paling bawah dalam Hirarki hutan ini. Hewan-hewan kecil, satu-satunya yang dibawah Goblin adalah mereka yang ditingkat Kobold dan Slime. Goblin yang jauh dari Orc. Dan sepertinya mereka di level Giant spider, kami bahkan tidak punya persamaan. Karena itu, kami mempertaruhkan hidup kami ketika pergi berburu makanan. Orc merampas harta kami, dan Giant spider memakan Goblin. Kami berjuang melalui banyak hal, tapi tidak peduli apa itu, Rasa lapar intens yang aku rasakan tidak bisa ditahan. “Raja. Makanan… disini.” Dengan kedatangan Squad pemburu, aku mengingat rasa laparku, dan aku mulai mengusap perutuku. Namun, saat aku mulai menggosok perutku, aku memegang perutku yang tampak hampir menangis, dan aku mengerutkan alisku sangat. “Raja. Makanan.” Goblin penuh hormat menawarkanku hewan kecil. Lalu ada yang menarik perhatianku bahwa mereka semua terlihat hampir mati. Ada yang kehilangan tangan mereka, yang lain telinganya tergigit. Dan bahkan ada dari mereka yang pendarahan.

"Apa yang terjadi?" Pada pertanyaanku, Goblin dari Squad pemburu menatap satu sama lain. “Orc…” Mereka berbisik, saat mereka semua menundukan kepala mereka dan menurunkan bahu mereka. Apa mereka pikir aku akan menegur mereka karna ini? Selain itu, tampaknya mereka telah dirampok. “Mengerti.” Aku tenang melahap tawaran mereka dan memasukannya kedalam perutku. Orc bangsat. Mengapa? Mengapa begitu, aku merasa itu takmasuk akal, dan fakta bahwa perasaan kebencian dan jijik terhadap Goblin ini, bisa ada perasaan Kemarahan misterius dalam diriku? ...Aku memutuskan. Aku akan memburu Orc. Saat pikiran itu muncul, sebuah keinginan untuk bertarung membara dari dalam tubuhku. Apa ini karena perubahan tubuhku? Aku tidak ingat jadi penggila perang. Memikirkan aku bisa membangkitkan ini dengan mudah, aku hampir tidak bisa mempercayainya. Mengeyampingkan pikiran itu, aku mulai memikirkan cara memburu Orc. ▼△▼ Sun Tzu pernah berkata, “Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kau tidak usah takut pada hasil dari ratusan perang." Sebebarnya, aku tidak perlu meminjam kalimat dari Orang hebat itu. Apa yang aku lakukan sudah aku diputuskan. Terimakasih pada hal sebelumnya, aku sudah tau seberapa kuat Orc dibandingkan Goblin namun, aku harus membunuh mereka. Maka dalam hal ini, apa yang harus dilakukan? Ide Goblin rare sebelumnya untuk mengalahkan Orc dengan jumlah tidaklah salah. Jika ada lawan yang perlu kau kalahkan. Dan musuh lebih kuat dari pada dirimu sendiri, maka apa yang harus seseorang lakukan? Jawabannya, jumlah.

Ini adalah strategi yang manusia terapkan sejak dahulu kala. Manusia bekerja sama dan membentuk kelompok. Lalu agar menajamkan efisiensi membunuh mereka, mereka membuat senjata. Dan agar memperkuat jumlah mereka, mereka datang dengan strategi dan taktik. Namun, lawan kami kali ini bukan manusia. Melainkan Orc. Tidak perlu sejauh itu untuk melakukan hal ini. Singkatnya, apa yang akan aku gunakan kali ini adalah semacam senjata. Hanya saja, Goblin takpunya cukup kekuatan untuk memotong Orc gemuk itu dengan senjata biasa. "Ikuti Orc." Informasi tentang mereka dibutuhkan. "Jika mereka melihatmu, lari." Aku harus tegas dengan perintah ini. Agar menang, jumlah kekuatan itu pasti. Untuk Orc, dan bahkan diluar mereka. Cara mencapai puncak hirarki hutan ini. Aku memberi perintah pada bawahan goblinku. Cari Orc, dan kembali hidup-hidup. Aku tidak tahu seberapa banyak mereka bisa mematuhi dua perintah ini, tapi itu penting jika kita ingin membunuh Orc. Goblin menyebar, kemudian aku pergi menuju hutan untuk mempersiapkan senjata. ▼△▼ Tiga hari telah berlalu sejak aku mengirim Goblin ke hutan untuk menemukan Orc. Selama itu, aku menyiapkan senjata yang dibutuhkan didalam hutan. Menurut informasi dari para goblin yang telah terkumpul, baru kemarin mereka bisa menemukan Goblin yang bergerak sendiri. Karna itu, aku memberi Goblin perintah untuk mengawasi Orc itu agar mengkonfirmasi bahwa dia berjalan dijalan yang sama tiap hari, dan kemudian dapatkan makanan secepat mungkin sebelum pulang. Ini adalah perang. Perang antara Orc dan 21 Goblin.

Seseorang tidak bisa bertarung dalam keadaan perut kosong. Ini adalah kenyataan yang bahkan bisa melampaui batasan ras dan juga berlaku kepada semuanya. Saat aku mengingat itu, aku memerintahkan squad pemburu untuk mencari makanan, sementara aku mengatur senjata di tempat Orc akan melewatinya. “Disana!” Pada perintahku, Goblin mulai menggali lubang dengan perhatian penuh. Sebuah lubang besar yang cukup muat untuk seekor Orc yang jatuh, dan cukup dalam sampai tidak bisa memanjat lagi. Ini adalah salah satu keuntungan yang Goblin punya dari Orc. Goblin mengerikan dalam pertarungan, tapi saat menggali, kecepatan mereka dalam tingkat berbeda. Sekarang aku memikirkannya, bahkan gua gelap tempat aku lahir hanya bisa dimasuki melalui lubang yang cukup besar untuk seekor Goblin. Temukan Orc, dan pulang hidup-hidup. Itulah perintah yang aku berikan pada para Goblin. Dan atas tindakan mereka, mereka menunjukan loyalitas mereka padaku. Maka dari itu, aku harus meresponnya sesuai dengan loyalitas itu. Untuk membunuh musuh, itu adalah tugasku, yang punya 20 goblin dibawah komandoku. Benar? Para Goblin terus menggali lubang sampai malam hari. Saat mereka selesai, kami menutupi dan menyamarkannya, kemudian kami kembali ke gua kami.

Goblin kingdom - Chapter 4: Orc Hunt II Orc berjalan melalui jalan terbuka dengan penuh percaya diri. Dia songong melihat sekitar sambil memegang gada kasarnya. Dia punya keyakinan besar seperti dia tau bahwa dirinya sendiri adalah seekor predator. Tapi sayangnya, siapa yang bisa menyalahkan itu? Keyakinan melahirkan kepribadian. Dan juga memungkinkan untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan. Namun, hari ini, berbeda. Karena Orc itu menuju Jebakan yang kami siapkan kemarin malam. Berbaring sembunyi diantara semak-semak, aku menunggu-nunggu kematiannya. “Guu..” Tapi hanya selangkah sebelum dia diatas perangkap, Orc yang tampak seperti tidak punya sedikitpun otak didalamnya, tiba-tiba berhenti. Hidungnya berkedut, Orc itu mewaspadai sekitarnya saat keringat dingin merembes dari Orc. Didalam kepalaku, aku hanya bisa berharap Orc itu akan segera bergerak. “Guoruoo!” Orc itu melolong. Baru saat aku berpikir kami mungkin akan ketahuan, aku mendengar teriakan disampingku. “Ga, ga, gaa!” Salah satu Goblin disampingku panik setelah mendengar teriakan Orc. Dalam kepanikan, dia keluar dari semak-semak. Segera, bahkan tanpa punya waktu khawatir, tatapan Orc mengarah pada Goblin panik. “Gugaa!” Melihat itu, aku menggigit lidahku saat aku melompat keluar. “Tetap… disana.”

Aku memerintah bawahan lainku, saat aku mengayunkan long-sword-ujung-keroak melawan Orc. Kulitnya sangat menakutkan, segera pedangku bersentuhan dengannya, jari-jariku menjadi mati rasa. Itu seakan aku baru saja melawan pohon besar. Dan seperti yang aku kira, Orc itu sedikitpun tidak terluka karna seranganku. Jengkel, Orc meraung marah saat dia mengarahkan matanya padaku. Pada saat yang sama, aku merasa nyaliku mulai gemetar. Dan seakan tubuhku terasa terbebani, tangan dan kaki ku mulai menjadi berat. Tatapan Orc itu saja terasa seperti aku berada dalam air. Aku bahkan tidak bisa bernafas. Apa ini!? Perlahan, dia mengacungkan gadanya. Merespon itu, tubuhku hanya bisa bergerak perlahan. 'Aku akan mati' perasaan itu bisa terlihat dari kulitku. Hampir tidak bisa melompat, angin ganas bertiup bersamaan dengan gada yang dia ayunkan menuju mataku. “Nu, aaa!” Untuk itu, aku berteriak dari dalam perutku yang terdengar seperti sebuah upaya putus asa untuk melepaskan diri dari rasa takut. Aku menguatkan peganganku. Aku menajamkan mataku, dan aku mengencangkan gigiku. Saat ayunan gada itu mendatangiku, aku melompat dan aku menghindarinya. Kemudian mengkonfirmasi posisi jebakan, aku bergerak menuju itu. Saat aku menyeret tubuh beratku kearahnya, aku menghindari gada kasar orc itu berkali-kali. Hanya satu serangan, dan otakku akan hancur, tapi bertahap, aku berhasil mendekati posisi jebakan.

Tinggal tiga langkah lagi. Tapi pada saat itu, saat aku mencoba mundur, aku tersandung batu. Sakit itu membuatku berseru. “Guu” Saat posturku jatuh, aku sejenak kehilangan fokusku pada Orc itu. – – – Tidak bagus! Aku menatap Orc dan saat bersamaan aku memperbaiki posturku. Tapi itu sudah sangat terlambat. Gada orc itu sudah didepan mataku. Dengan tanpa pilihan kalah, aku melompat kebelakang. Aku harus mengangkat pedangku untuk menerima pukulan, tapi aku sudah siap dengan jangkauan Orc ini. Saat pukulan tajam mengenaiku, bahu kiriku lumpuh. “Guruu” Perbedaan antara spesies yang benar-benar besar. “Guruuuaaa!” Orc itu mengeluarkan lolongan menusuk saat dia mengangkat gadanya sekali lagi. Tidak bisa menggerakan kakiku, aku hanya bisa menatap gada itu. Apakah aku ---. Apakah aku akan mati karna itu? Karena sesuatu seperti itu? Tidak. --- Jelas tidak! “Guuu… ruaaa!” Saat gada itu hampir mengambil nyawaku, raungan keluar dari dalam diriku, menolaknya. “Guu…!?”

Kemudian berhenti. Gada yang harusnya sudah mengambil nyawaku berhenti tepat didepan mataku. Dan Orc berteriak terkejut. Saat tekanan besar gada itu menyebabkanku mengeluarkan keringat dingin, aku melihat dari sudut penglihatanku. Kemudian mataku terbuka lebar. Pada saat yang sama, Orc itu menggerakan kepalanya untuk melihat kebelakang. “Gugugigi!” Apa yang berdiri disana adalah goblin yang menusuk Orc dengan tombak yang terbuat dari potongan bambu. Itu adalah Goblin panik sebelumnya. “Guaaaa!” Deru marah Orc bergema. Orc memalingkan wajahnya terhadap bawahanku, tampak mengabaikan aku, yang sudah jatuh takberdaya. Namun meski mereka hanya saling menatap, goblin itu sudah gemetar. Berdiri! Berdiri sialan! "Gu, gu, -" Saat Orc mengayunkan gadanya kearah bawahanku. “Guuruaaa!” Seranganku mengarah pada bahunya, berhasil mengulur waktu. Ketika aku merasakan kulit kerasnya, darah merah-kehitaman menyembur keluar. Tangannnya yang terkena terbang keudara, dan jatuh keatas tanah. Lalu Orc mengarahkan tatapannya padaku. Menjerit dalam kemarahan, dia bergegas mendekatiku. Gila oleh kemarahan, darah menyembur, dan air liur menyebar kemana-mana. Penampilan itu membuat Orc terlihat seperti setan gila. Saat Orc bergegas mengadapiku dengan teriakan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, aku berpikir,

── Bagus, bagus! Teruslah begitu! Lalu aku melompat kebelakang tiga langkah untuk menghindar. Segera setelah Orc gila itu melangkah didepanku, tanah diatasnya amblas. Tanah itu amblas karena berat Orc, dan menenggelamkannya jauh kedalam, dimana ada banyak tombak dan pedang menusuk kaki dan pinggangnya. Sekali lagi, dia menjerit. Namun, kali ini, dia mengeluarkan teriakan penderitaan. Dengan hanya tubuh bagian atas yang menyembul keluar, Orc mengirimi ku tatapan pembunuh. Tatapan yang melebihi rasa sakitnya saat tangannya menggaruk tanah, berusaha menggalinya sendiri. ─── Aku menang! Aku mendekati Orc, dan dengan pedangku, aku menyerang kepala tanpa pertahanannya. Cairan merah-kehitaman menyembur keluar, dan raungan kemenangan mengikutinya. “Guruaaa!” Aku berteriak saat aku melambaikan pedang berlumuran darahku. Dan sekali lagi, sensasi ingin makan dalam diriku menyerang, dan menguasaiku. Menahan dorongan untuk menjerit, aku menusukan pedang kedalam tanah dan aku menguatkan diri. “Ah …” Saat suara serak keluar, aku merasakan sensasi evolusi(Level up). Setelah sepenuhnya selesai, aku melihat tanganku. Tanganku yang harusnya punya 3 jari, sekarang berjumlah empat. Dan tangan pendekku juga meningkat ke ukuran lain, ditambah dengan massa otot yang abnormal. Terlebih, rasa sakit yang harusnya ada setelah bahuku terluka telah menghilang. Tapi diantara perubahan tubuhku, satu-satunya yang paling mencengangkan ialah warna kulitku. Yang sebelumnya merah, sepenuhnya berubah jadi hitam kebiruan.

Setelah mengkonfirmasi perubahan tubuhku, aku melihat sekitar. Apa yang aku lihat adalah goblin beberapa waktu lalu yang juga ber-Evolusi, dan Goblin rare baru itu, berlutut dihadapankuku. “Raja ku.” Goblin yang berbaring menunggu disemak-semak juga bergegas dan segera berlutut. “Raja!” Saat aku menatap mereka tanpa sedikitpun sukacita, benih ambisi mulai tumbuh dari dalam diriku.

Goblin Kingdom - Chapter 5: The Sprouting Ambition luas, langit biru. Danau bergelombang bersamaan angin berhembus. Dan refleksi diriku terpampang didanau seperti-cermin. Kadang dunia ini sangat indah sampai aku tidak bisa berkata-kata. Namun..... Dibandingkan dengan keindahan ini... Taring tajam. Mata sempit seperti binatang. Dan wajah, sedikit melebihi jelek, akan lebih baik digambarkan sebagai hewan buas. Aku hanya bisa berpikir kepada diriku sendiri. "Aku sepenuhnya berubah menjadi seorang monster." Bibirku mengerucut pada kalimat kebencian itu, dan refleksi goblin itu membuat senyum menakutkan. "Raja ku. Kami akan segera tiba." Goblin yang baru saja menjadi Goblin rare memanggil ku. Aku membawanya denganku, dan kami kembali menuju Sarang goblin. ◆◇◇ Sudah beberapa hari berlalu sejak kami membunuh Orc. Dalam kurun waktu tersebut aku menggunakan tubuhku, dan mengajarkan Bawahan goblinku bagaimana menggunakan perangkap, dan bahkan menunjukkan mereka bagaimana mempraktikkannya. Aku mengajarkan mereka bagaimana membuat sebuah lubang, dan membunuh mangsa yang jatuh ke dalamnya dengan tombak. Meskipun itu jebakan sederhana, jumlah kerusakan yang kami terima telah sangat berkurang. Tubuhku juga menjadi lebih besar dibandingkan dengan waktu ketika aku masih menjadi Goblin rare.

Ketika aku menguji seberapa berbedanya tubuh Goblin Noble ini, yah gue namain gitu, dibanding dengan Goblin rare, aku menemukan bahwa ada perbedaan besar pada pendengaran, penglihatan, dan kekuatan antar keduanya. Misalnya aku sekarang bisa mencekik Babi tiga tanduk, berjumlah tiga, sampai mati. Dan sekarang aku bisa membunuh Burung unta dua leher, dua kepala, dengan pedang-keroakku. Dengan kata lain sekarang aku bisa dengan mudah melakukan hal-hal yang tidak mungkin bagi tubuhku yang sebelumnya. Aku juga sampai pada suatu kesimpulan mengenai evolusi ku. Aku tidak bisa ber-evolusi menjadi apa pun selain goblin. Entah seberapa kuat dan terasingnya menjadi Goblin. Itu mustahil melebihi Ras. Seekor Goblin akan tetap menjadi Goblin. Faktanya aku telah berubah menjadi Goblin noble dari Goblin rare, meski membunuh Orc adalah buktinya. Jika memang begitu, maka yang tersisa tinggal mencoba evolusi selanjutnya. ▲▽▲ Aku sendiri membunuh mangsa yang telah dipojokkan oleh Bawahanku. Lalu aku bertanya pada bawahanku tentang sesuatu yang menggangguku. Bagaimana Goblin meningkatkan populasi mereka? Akhir-akhir ini, Ambisi mulai tumbuh dalam diriku. Sebuah Ambisi untuk membangun kerajaan sendiri. Agar membuatnya menjadi kenyataan, hal yang paling aku butuhkan adalah tentara. Aku tidak punya keresahan dengan pion-pion ku sekarang. Tapi aku harus meningkatkannya, tidak hanya kualitas bawahan ku, tapi juga diriku. Dan sementara aku berfokus pada kualitas, aku tahu betul untuk tidak meremehkan waktu. Misalnya, jika bawahanku berkelompok melawan ku, aku mungkin akan Kalah. Nah, itu jika mengenai kekuatan. Tapi tetap saja.... Aku tau betul seberapa menakutkannya rasa takut dari jumlah. Setelah semuanya, aku ingat pernah dipukuli oleh yang disebut jumlah dinegaraku sebelumnya.

Aku mungkin telah menyimpang sedikit, tapi... Baiklah. Bagaimana aku bisa meningkatkan jumlah goblin? Orang yang menjawab itu adalah Senior di antara para goblin. Goblin senior itu berbicara tentang sebuah desa. Dan ketika aku mendengar penjelasan itu, aku tidak bisa membantu tetapi berpikir. Untuk memulainya, kelompok ini adalah Goblin yang menyimpang dari desa itu. Dan didesa itu ada Goblin betina, dan betina dari spesies lain yang diculik dan dihamili dalam rangka untuk meningkatkan populasi. --- aku kira itu meniru-niru kisah fantasi. Goblin rare sebelumnya yang memimpin goblin disini melarang Goblin peringkat rendah bersenggama dengan betina, menyebabkan goblin yang lebih muda terasing. Dan inilah kelompok itu. Ketika aku menanyai seberapa jauh desa itu, aku tau itu cukup terkejut karna itu dekat. Desa itu punya sekitar 50 prajurit. Goblin tua, dan beberapa yang baru lahir dan tidak bisa bertarung, jumlahnya sekitar 30. Secara alami Ras yang disebut Goblin ini takpunya hubungan jantan dan betina, dan hanya pergi berburu dan mendapat mangsa. Tapi tampaknya alasan goblin disini tidak punya betina dengan mereka adalah karena mereka meninggalkan desa untuk menemukan satu untuk diri mereka sendiri. Ketika aku bertanya apakah betina hanya jatuh dari langit disana, tampaknya, mereka sengaja menculik dari ras lain. Agak seperti novel, kataku sendiri. Aku memimpin 20 bawahanku menuju desa goblin. Tujuan kami jelas bukan untuk damai. Tapi sebelum menyerbu aku mengirimkan beberapa pengintai. Karena penting untuk mengetahui apakah ada seseorang yang lebih kuat dari aku atau tidak di dalam desa itu.

Aku penasaran apa pemimpin kelompok itu mampu memimpin para goblin... Dan lagi, karna ada Goblin yang meninggalkannya, aku kira kesatuan kelompok itu tidak bagus. Tapi tetap saja, aku lebih baik mengecek seberapa kuat petinggi kelompok itu. Saat aku menenangkan pikiran ganasku, aku memimpin bawahanku menuju desa. Desa itu tampaknya pernah dihuni manusia sebelumnya karena aku bisa melihat beberapa pagar tua disana dan sini. Dan rumah-rumah yang digunakan Goblin terlihat terlalu besar bagi mereka. Aku kira mereka menjarah desa manusia atau ras lainnya yang dulu tinggal di sini. Juga ada gerbang diutara dan selatan yang memungkinkan sejumlah besar orang untuk melewatinya pada waktu tertentu. Saat aku berhati-hati berjalan mengitari desa yang dikelilingi hutan lebat, ada yang menarik perhatianku, ada beberapa Goblin dewasa didalam. Aku tidak bisa menemukan Goblin rare, dan bahkan semua jumlah goblin dewasa tidak mencapai 10. Untuk yang betina, aku tidak bisa menemukan mereka sama sekali. Dan lagi, jika betina memang dari spesies yang berbeda, maka mereka mungkin dikurung didalam bangunan. Adapun goblin dewasa yang tersisa, mereka kemungkinan besar sedang berburu... Tiba-tiba desa menjadi berisik. Mataku langsung menuju arah gerbang selatan, aku melihat segerombol Goblin kembali saat mereka dipimpin oleh Goblin rare ber-armor memegang long sword. Mengikuti belakang Goblin armor ada sekitar 20 goblin. Aku juga bisa melihat beberapa hewan seperti serigala. Baiklah, dengan ini aku sudah melihat semua yang aku butuhkan. Mungkin ada peleton lagi disuatu tempat, jadi aku lebih baik mengamankan tempat ini sebelum mereka datang. Aku tertawa dengan seringai lebar, menyebabkan taringku terlihat. Lalu aku berbalik ke bawahanku saat aku menenangkan diriku sendiri, dan memberi mereka perintah. "Kita akan memasuki desa dari depan." Kami melangkah keluar dari hutan, dan melewati jalan terjal menuju gerbang desa.

◇◆◇ Sejenak aku melihat, para goblin desa membuat kegaduhan, tapi aku menatap rendah mereka sambil terus berjalan dengan udara tenang. Atau setidaknya, aku berjalan memberi semacam atmosfir. Tanpa terlalu cepat atau terlalu lambat. Aku memeberi tatapan dengan kilatan tekanan pada para goblin didepanku sambil berjalan mengarah ke Goblin rare itu. “Gu, gurururu!” Saat Goblin rare berteriak ketakutan, aku merendahkannya, dan tertawa memprovokasi. "Apa kau raja kelompok ini?" Tanyaku dengan suara rendah, dan menakutkan. Goblin rare melangkah mundur. Lalu aku meninggikan suara ku pada Goblin rare yang tidak menjawab. "Apa itu kau!?" Atmospir kejut dalam suaraku, bahkan menyebabkanku terkejut. Tapi sementara aku sedikit terkejut, aku menyadari sekitarku, dan aku menemukan bahwa ada Goblin yang tidak bisa berdiri karena takut. Goblin rare didepanku tentu saja tidak terpengaruh sampai begitu, tapi dia masih sedikit ketakutan. “…itu, benar.” Dia menghindari tatapanku, dan armornya mulai bergetar. "Pilih. Apakah kau mau memberikan kelompokmu atau mati. Yang mana?" Selama saat-saat seperti ini aku harus memasang tampang angkuh. Cara terbaik untuk membuat orang lain mengakui mu didunia yang mempraktekkan hukum rimba, dan bahkan untuk orang yang lebih terasing seperti ini, adalah bertingkah seperti apa yang aku lakukan sekarang.

Bersikap sopan di tempat seperti ini hanya akan mengganggu pihak lain. Itulah sebabnya sangat penting mengajarkan hirarki kepada binatang seperti ini. "Guruuu" Seperti mengerang, Goblin rare tampaknya tidak memiliki niat bertarung. Namun, aku meletakan long sword yang ku miliki diatas bahuku, membuat itu seakan aku bisa menyerang Goblin rare didepanku kapan saja. Aku menekan pemimpin kelompok itu saat aku mengkonfirmasi keberhasilan negosiasi. Goblin itu, tampaknya telah dikuasai oleh atmosfer, menjatuhkan long swordnya ke tanah. Dan kemudian bersujud didepanku. Dengan kakinya yang menempel ke tanah, dan kepalanya, menggantung, Goblin rare menunjukkan bahwa dia telah benar-benar menyerah pada ku. “Raja ku. Aku menawarkan diriku demi keinginanmu." “Aku menerimanya.” Aku menatap seluruh pemukiman, dan lalu aku menyatakan, "Mulai saat ini, Raja dari desa ini adalah aku!" Hari itu aku mengambil langkah kecil pertama terhadap ambisiku.

Goblin kingdom - Chapter 6: Status Mataza adalah refernsi dari Maeda Toshii yang mengacu pada pengguna tombak dan di panggil Yari no Mataza. Chapter 6: Status [Race]: Goblin [Level]: 14 [Class]: Noble; King of a Group [Possessed Skills]: <> <> <> <> <> [Perlindungan ilahi]: None ▲▽△ Saat aku memfokuskan kesadaran didalam kepalaku, aku bisa merasakan keberadaan yang mirip dengan "status". Ketika aku pertama kali mendengar ini dari Goblin tua di desa, aku sangat bingung. Namun, aku cepat memahami betapa pentingnya hal ini untuk memahami kemampuan ku sendiri. Menurut Goblin tua semua yang diperlukan untuk melakukannya adalah memfokuskan kesadaran sendiri di dalam pikiran, dan sesuatu yang mengingatkan kita pada "status" akan muncul. Tapi apakah itu benar-benar memberikan angka yang tepat. Apalagi, kata-kata ini.... Diatas, ada Level, Skill... Dan bahkan Perlindungan ilahi? Dunia ini lama kelaman malah jadi kaya Fantasi beneran, dan aku tidak bisa menahan senyum kecutku pada pikiran itu. Juga, aku menemukan bahwa yang disebut Level up(Evolusi) yang aku rasakan sebelumnya benar-benar meningkatkan tingkat Class ku. Aku mengerti itu hanya dengan melihat statusku. Level yang ditampilkan adalah Level dalam class itu. Level 14 dari Class, Goblin noble. Jadi jika aku Goblin rare lalu akan jadi sesuatu seperti ini: [Race]: Goblin [Class]: Rare; King of a Group Terlebih kau bahkan bisa melihat pengaruh Skill yang diperoleh. ▽▲▽ <>: Keterampilan Bawahanmu sedikit meningkat.

<>: Ketahanan terhadap Ras yang lebih tinggi sedikit meningkat. <>: Makhluk yang lebih rendah dari diri sendiri akan jadi lambat. Jika Class sama, maka akan tergantung pada Level. Jika digunakan terhadap bawahan, itu akan memungkinkan seseorang untuk memaksakan perintah. <>: mengimbangi kemampuan berpedang. <>: Meningkatkan jumlah seseorang yang bisa dipimpin. ...Biasanya, seseorang akan mempelajari skill tepat setelah dilahirkan, dan kemudian pergi berburu, tetapi dalam kasus ku, sejak aku bergabung dengan kelompok terasing, dan karena kelompok terasing itu tidak memiliki orang yang cukup mampu membuatnya keluar, sehingga sampai sekarang aku belum bisa mempelajarinya. kelompok terasing ini benar-benar terlalu impulsif. Menurut Goblin tua, Skill sangat memengaruhi Evolusi seseorang, dan juga saat orang itu memenuhi beberapa kondisi spesial. Aku sangat bersyukur memiliki Skill seperti<> dan<> karena hal-hal ini benar-benar penting untuk membuat ambisiku menjadi nyata... Dan untuk <> Yah… Itu tidak seperti yang ku pikirkan. Aku cukup yakin kemampuan ini mulai berlaku saat melawan Orc karena aku bisa menggerakan tubuhku. Atau mudahnya, aku mungin mempelajari kemampuan ini saat kejadian itu. Goblin biasanya cenderung membeku hanya dengan lolongan, jadi aku kira mereka membutuhkan lebih banyak keberanian dan semangat juang. Nyatanya, sekarang aku memikirkan itu, aku penasaran mungkin Pemimpin kelompok sebelumnya punya skill ini. Bahkan, meski begitu, dia masih punya keberanian untuk menantang Orc. Dan lagi tidak ada manfaatnya memikirkan Goblin yang sudah mati. Sekarang, untuk Swordmanship, aku munkin mendapatkannya dari menggunakan pedang-keroak. Karna peringkatnya, C-, aku tidak tau sampai sejauh mana ini, tapi mungkin ini tidak terlalu buruk. Mungkin. Cepat atau lambat mungkin akan jadi ide bagus untuk mencoba hal lain.

Ada juga <>, itu keliatannya punya cukup berguna. Bahkan aku cukup yakin menggunakan kemampuan ini ketika aku membuat Goblin rare menyerah dalam penaklukan pemukiman ini. △▽▲ Setelah aku selesai menganalisi kemampuanku sendiri, dan mendapat pemahaman yang baik dari itu. Yang selanjutnya adalah informasi. Pertama-tama, bagaimana mungkin sebuah kelompok dengan 50 goblin telah menjadi selemah ini? Memang benar karena itu aku bisa menghindari konflik takdiperlukan tapi... Aku menanyai Goblin tua mengenai itu, aku sekali lagi gagal menahan senyum kecutku pada posisi goblin hirarki ini. Tampaknya, Para goblin ditindas ketika sekelompok Orc bermigrasi di dekatnya. Dan Goblin rare yang menyerah pada ku benar-benar tidak memimpin lagi saat Kelompok terasingku menggantikannya. By the way, karena goblin rare tidak punya nama, aku memutuskan menamainya Gigu demi kenyamanan. Mereka telah mengganti pemimpin mereka total 3 kali, jadi betapa mudahnya mengatakan seberapa tertindasnya mereka. Aku mungkin ngelantur, tetapi ketika aku memberi itu pada Goblin rare, Gigu, sebuah nama, kelihatannya itu lumayan menyentuh, dan sekarang menjadi emosional bagi ku. Rupanya, penamaan adalah tindakan yang sangat nikmat bagi goblin. Kebetulan, Goblin rare lain yang baru ber-evolusi dan datang dengan tombak telah bernama Giga. Aku hampir menamainya Mataza, tapi itu terlalu keren untuknya, yah mending ra usah. Oh? Kau ingin tau bagaimana aku menamai mereka? Yah, apa lagi yang membedakan mereka selain lolongan mereka? Setelah itu, aku membuat aturan untuk memberi nama kepada setiap goblin ketika mereka berevolusi menjadi Goblin rare. Lalu aku pergi memeriksa cadangan dan senjata kami. Itu adalah desa kecil, jadi menemukan suatu hal tidaklah sulit. Tapi aku cukup sedih melihat betapa kurangnya equipment mereka. Adapun cadangan mereka, bahkan jika aku mengatakan itu nol itu tidak akan berlebihan.

Rupanya rampasan mereka untuk hari ini adalah segalanya. Dan tampaknya dari waktu ke waktu, ketika mereka mendapatkan kelebihan makanan, mereka akan menyisakannya untuk hari berikutnya. Tapi selain dari itu biasanya tidak ada sama sekali. Juga equipment mereka, armor penyok dan tombak besi berkarat menarik perhatianku. ▲▼△ Tentu saja, benda kelas tinggi seperti perisai dan helm tidak ada. Ada juga beberapa kapak bersamaan dengan garpu dan clurit kecil yang digunakan untuk bertani yang awalnya milik desa. Tapi ini saja tidak cukup, maka mereka menggunakan tubuh mereka sebagai senjata mereka. Akibatnya, jumlah yang terluka di antara Goblin meningkat, dan mereka telah sangat dirugikan dalam perjuangan hidup didalam hutan. Agar memperbaiki ini, aku segera mengatakan pada pemegang-tombak Giga untuk mengajari Goblin lain bagaimana menggunakan jebakan. Pada saat yang sama aku mengatakan kepada Goblin yang sudah tahu, untuk mengumpulkan beberapa makanan. Kemudian aku memerintahkan mantan pemimpin, Gigu, untuk menyelidiki jumlah Orc dan lokasinya. Sama seperti sebelumnya, kondisi minimumnya adalah kembali hidup-hidup. Setelah aku memerintahkan untuk menemukan daerah orc bekerja dan jumlahnya, mereka segera meninggalkan pekerjaan mereka. Ngomong-ngomong, berapa banyak populasi yang tidak bertarung di desa? Setengah? Yah apapun itu, satu hal yang aku bisa yakin adalah jumlah prajurit sekitar 20. Sementara tetua, larva, dan sisanya berjumlah 30. Larva-larva perlu tumbuh dan mampu bertarung sesegera mungkin. Setelah Goblin selesai belajar bagaimana menggunakan perangkap, aku harus segera memulai mendidik larva ini. Tetapi hal yang paling penting adalah bagaimana meningkatkan populasi goblin. Sekarang, ada sekitar 10 perempuan di desa ini. Tiga dari mereka adalah larva, sementara tujuh lainnya bisa bertarung. Dan kemudian ada tiga dari spesies lain yang diculik, dan sekarang sedang dikurung. spesies mereka? Manusia. Perempuan muda Manusia. Dan pada kenyataannya, beberapa dari mereka ada yang tengah hamil. Anehnya, ketika aku melihat gadis-gadis itu, aku, yang sudah berubah jadi monster, merasa jengkel jauh di dalam dadaku. Tersenyum kecut untuk diriku sendiri, aku cepat segera mengusir pikiran-pikiran itu, dan aku merenungkan nilai mereka.

Sekarang semuanya tidak cukup. Tetapi jika aku harus membantu manusia ini, tidakkah aku bisa bergaya-gaya lebih baik lagi? Melihat ke bawah pada mereka, aku memanggil. "Oi, wanita." Tapi usahaku tak berguna. Tidak ada apa-apa lagi di dalam mata mereka. Mereka itu seperti lubang kosong di mana tidak ada kilauan atau cahaya. Dan seperti jurang tak berujung, mata mereka bergoyang saat mereka menggumamkan bisikan menyedihkan memohon kematian mereka. Melihat itu, aku melihat ke bawah karena kebencian memasuki diri ku. boneka hampa... Boneka manusia. Manusia yang melawan akan dibunuh, dan sekarang hidup melawan kehendak mereka dengan hanya satu tujuan, untuk melahirkan goblin. "Ahh, baiklah..." Saat aku menyadari bahwa salah satu dari mereka mungkin telah melahirkanku, aku memutuskan untuk mengeksekusi mereka. Jadi dengan tangan ku sendiri, aku memutuskan kepala mereka dalam sekejap. Agar tidak memberi mereka rasa sakit lagi. Agar mereka tidak merasakan derita lagi, aku mengakhiri hidup para wanita ini, yang salah satunya mungkin adalah ibuku, cepat dan tanpa rasa sakit. Tidak setetes air mata ditumpahkan. Goblin tua mengeluh kepada ku, tapi aku membungkamnya dengan tatapan penuh niat membunuh. Lalu aku berjalan di sekitar gudang, menumpuk kayu kering satu demi satu mengelilinginya, dan mengaturnya agar terbakar. Saat langit merah terwarna dengan nyala api ritual, mendamaikan jiwa, gudang itu benar-benar terbakar menjadi abu. Mengapa? Untuk alasan apa aku melakukan ini... Aku merenungkan itu saat aku mencengkram tanganku erat-erat dan membuat sebuah tinju.

Ketika api mati, bawahan ku kembali. Setelah aku memeriksa makanan yang mereka bawa, aku pergi tidur. ◇◆◆◇◇◆◆◇ [Possessed Skills]: diperoleh <> - Ini adalah Skill unawakened. Mulai sekarang akan berubah tergantung pada pengalaman anda. [Perlindungan ilahi]: anda telah diberikan perlindungan ilahi oleh Dewi Underworld, Altesia. - Atribut kematian dan kegelapan telah ditambahkan ke Anda.

Goblin kingdom - Chapter 7: Bloodbath [Race]: Goblin [Level]: 14 [Class]: Noble; King of a Group [Possessed Skills] <> <> <> <> <> <> [Perlindungan ilahi]: Dewi Underworld, Altesia [Atribut]: Kegelapan, Kematian △▽▲ Setelah malam berlalu, aku melihat perubahan Statusku. Perlindungan ilahi dari Dewi Underworld… yah? Bibirku mengerucut. Jangan main-main denganku. Apa kau bahkan memikirkan hatiku? Tapi mengeyampingkan hal itu. Dari pada memikirkan hal merepotkan ini, aku pergi ke luar dan menanyai Goblin tua tentang itu. Rupanya yang disebut Perlindungan ilahi adalah sesuatu yang umumnya ditentukan oleh para dewa, dan sesuatu yang kita para makhluk hidup tidak punya kontrol atas itu. "Keparat" itulah kesan ku pada para dewa. Tapi sedikit, aku merubah pemikiranku. Aku memerintahkan diriku sendiri untuk tenang. Jika kau adalah Monster kejam, lalu bertindak seperti itu. Jika memang berguna, maka buatlah jadi berguna. Aku menekan amarah panas seperti lava didalam diriku. Jika aku tidak bisa melakukan ini, lalu apa aku punya hak memanggil diriku, Raja? Tapi sekali lagi, mengapa? Mengapa aku - untuk seseorang yang mungkin merupakan ibuku - melakukan hal seperti itu? Mengenai [Atribut], mungkin itu untuk menunjukkan Sihir khusus berdasarkan perlindungan ilahi seseorang. "Sihir?" Aku hanya mengira-ngiranya, tapi fakta bahwa benar-benar ada hal semacam ini membuatku tertawa tegang.

“Khusunya,” jawab serius Goblin tua. menurut Penjelasan goblin tua, Class yang dikenal sebagai Druid bisa menggunakannya, tapi mereka tidak ada didesa ini. Memikirkan seberapa kecil desa ini, aku tidaklah terkejut. Tapi ada satu hal yang aku khawatirkan mengenai potensi kami. "Apakah ada yang bisa mengendalikan hewan buas disini?" "Jika anjing liar itu mungkin, lalu..." Tampaknya hewan buas dapat digunakan menurut Level seseorang. Dan sekarang, Goblin yang paling bisa melakukan didesa ini dapat mengendalikan tiga anjing liar. Aku kira ini bisa dianggap 'tidak buruk', semuanya dipertimbangkan. Selama Level mereka lebih tinggi, maka itu harusnya mungkin bisa menggunakan triple boars dan double heads. Tapi beneran, tiga anjing liar? Emang apa bedanya sama membesarkan mereka kaya hewan piaraan? Aku mengantarkan Tsukkomi ke kepalaku, dan mengangguk. Aku kira potensi perang desa ini agak banyak. Semua yang tersisa adalah variasi lingkungan, tapi itu sesuatu yang tergantung pada pengintai dari mantan pemimpin, Gigu. Sementara Goblin itu keluar, pemegang-tombak Giga telah kembali. Rampasannya untuk hari ini termasuk double head, kelinci, ular dan beberapa buah-buahan. Sebenarnya ada cukup banyak. Seperti yang diharapkan, memiliki banyak orang benar-benar bagus. Jarahan terbesar untuk hari ini adalah Double head. Siapa yang akan berpikir mereka akan benarbenar bisa membunuh hewan besar ini? Sebagai hadiah, aku akan memberinya tombak besi. Giga sangat tersentuh atas tindakanku, jadi aku akan mengurusnya, setelah itu aku kemudian pergi mendistribusikan makanan pada orang-orang di desa. △▼△ Malam hari saat tim pengintai yang dipimpin Gigu kembali. Aku membiarkan mereka beristirahat saat aku mendengarkan laporan mereka. Ada 5 orc, dan mereka bekerja secara terpisah selama siang dan malam. 3 bekerja selama malam hari, sementara sisanya bekerja disiang hari.

Aku pikir itu semua yang dia bisa temukan, jadi aku cukup terkejut ketika aku mendengar bahwa dia bahkan menyelidiki rute mereka. Gigu, cukup pinter. Aku memberinya bagian daging Double head terbaik, dan menyuruhnya pergi setelah aku memberitahunya untuk memandu besok. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? ▲▽△ Hari berikutnya kami pergi memburu Orc. Aku membawa lebih dari 20 goblin dengan ku, dengan Gigu dan Giga sebagai pemimpin. Lalu kami sampai ke tujuan kami, kami meletakan beberapa tali yang terbuat dari tanaman merambat dibawah kakiku. Ada banyak jalan terbuka di antara tempat-tempat Orc biasa bepergian. Dan bahkan ketika berpatroli, mereka mencoba untuk membuatnya tidak ada dedaunan atau pohon di sekitar mereka. Sekarang, aku berdiri di jalan rute mereka dengan para Goblin yang bersembunyi disemaksemak kiri dan kananku dan kemudian para Orc datang. Aku mencengkram pedang-keroakku, dan dengan provokasi sederhana, para Orc mengejarku seperti sekelompok orang idiot. "Sekarang!" Pada sinyal ku, tali yang dibawah kakiku secara bersamaan ditarik. Saat talinya ditarik, para Orc tersandung dan jatuh. Salah satu dari mereka jatuh telentang, tapi beberapa yang lainnya bisa pulih dengan segera. Tapi itu udah telat. Saat Orc hampir berdiri, pedangku melayang. Dan dalam sekejap, kepalanya hancur. Cairan sumsumnya memancar keluar saat Orc tak bernyawa jatuh ke tanah. Orc lain mencoba berdiri, tapi talinya ditarik lagi. Orc takbergerak, aku langsung menuju kakiknya.

Darah menyembur, dua kakinya melayang. Dan saat Orc berteriak, wajahku malah tersenyum. “Lakukan.” Goblin keluar dari semak-semak, membawa tombak yang aku buat dari kayu untuk mereka. Terlepas dari betapa kerasnya kulit Orc, mata, mulut, dan luka semuanya bisa.... Benar? Darah menyembur, tombak menusuk, Orc berteriak. Simfoni penyiksaan bergema di jalan terbuka, memimpin Orc menuju pelukan kematian. ■□■ Sebagai hasilnya, Levelku naik, tapi Class ku tidak. Aku berharap Goblin rare lain akan muncul, tapi sialnya itu juga tidak. Ketika kami mencoba makan daging orc, kami menemukan bahwa itu sangat maknyus, jadi kami membawanya kembali untuk para larva. Saat malam tiba, kami pergi memburu Orc yang tersisa. Aku sudah mengirim beberapa goblin untuk mengamati sarang orc. Begitu mereka keluar, kami akan segera mengejarnya. Tapi sebelum itu, aku mempersiapkan mereka hadiah. Jadi aku mengecat rute mereka dengan darah kawan-kawan mereka, menyebarnya tiap tetes, disana dan disini. Seperti segerombol otak dungu, mereka mengikuti jalan itu. Tapi apa yang di depan mereka tidak lain adalah neraka. Lalu, Orc bergerak, dan seperti yang telah aku lakukan hari ini, aku memotong anggota badan mereka. Aku membunuh Orc petama, lalu memberikan dua lainnya pada para Goblin. Goblin memegang tombak kayu mereka, dan menusuk Orc melalui luka mereka. ◆□◇ Seperti inilah aku membunuh seluruh kelompok orc. Oh, mong-omong nih, salah satu dari ketiga orc yang tubuhnya dimakan itu masih hidup.

Dagingnya cukup bernilai, jadi kami membawanya bersama dengan hal-hal yang ada disarang mereka menuju desa. Rampasan perang kami termasuk armor, long axe, gada, long sword dan lain-lain. Hal-hal ini terlalu kecil untuk digunakan Orc, jadi mereka mungkin menjarahnya dari Desa. Kami mendapat cukup banyak rampasan, jadi aku kira ini tidak buruk. Dalam hal apapun, dengan ini kami setidaknya tidak perlu khawatir mengenai makanan untuk beberapa waktu kedepan. Jadi selanjutnya adalah memperkuat kelompok ini. Ini juga berlaku buatku, tapi Ras yang dipanggil Goblin ini memang terlalu lemah. Aku tidak punya pion apapun kecuali goblin ini, jadi tidak ada pilihan lain kecuali memperkuat mereka atau meningkatkan jumlah mereka. Untuk sementara ini, aku akan bertujuan mempunyai lebih dari 8 Goblin rare. Pada saat yang sama, aku juga harus meningkatkan class ku. Setidaknya, aku memerlukan kekuatan yang cukup untuk menjatuhkan orang-orang ini jika mereka punya pikiran memberontak terhadapku. Jika tidak, aku tidak akan bisa tidur tenang. ◇◆◆◇◇◆◆◇ Level meningkat dari level 14 => Level 32. ◇◆◆◇◇◆◆◇ Catatan penulis: Eh? Orcs lemah!? Itu tak benar sama sekali. Coba pikirkan Orc (Normal) setara dengan Goblin noble jika dalam hal kekuatan, sisanya diputuskan oleh equipment, Lv, and skill mereka.

Goblin kingdom - Chapter 8: Intruder Edit: (2015/09/02) Prowling Demon -> Wandering Soul (2015/10/18) Monk -> Friar; some lines were monk instead of friar. Chapter 8: Intruder [Race]: Goblin [Level]: 32 [Class]: Noble; King of a Group [Possessed Skills] <> <> <> <> <> <> [Perlindungan ilahi]: Dewi Underworld, Altesia [Atribut] Kegelapan, kematian. Dengan ancaman langsung, aku mulai merumuskan rencana tentang bagaimana memperluas daerah kami hidup. Sekarang, didaerah sekitar bangunan yang ditinggalkan mampu menyediakan lebih dari cukup makanan bagi kami untuk hidup. Ada juga sebuah danau, jadi kami tidak akan kekurangan air dan tentu tidak kekurangan hewan untuk diburu. Namun, mimpi ku bukanlah sesuatu yang akan berakhir di tempat terpencil seperti ini. Meski aku mengumumkan diriku sebagai raja di sini, hanya sekitar 50 goblin yang dibawahku. Itu tidak cukup. Itu tidak cukup sama sekali. Aku bahkan tidak tahu di dunia mana aku berada. Ada manusia didunia ini, jadi harusnya ada eksistensi lain yang hidup disini yang memegang sebagian daerah milik kami. Entah eksistensi itu Dragon, manusia, atau mungkin sesuatu yang lain. Hal pertama yang harus diketahui ialah memahami geografi daerah sekitar. Seberapa jauh hutan ini? Apakah ada sesuatu di luar hutan? Dan mana saja daerah berbahaya didalam hutan? Dalam rangka mengumpulkan informasi, dan agar membuat mereka mengerti apa yang disebut organisasi, aku harus mendidik para goblin. Dan juga aku membuat goblin bekerja dalam sistem tiga-orang yang aku buat, dan membiarkan mereka berburu dengan cara itu. Setiap tiga goblin laki-laki bekerja sebagai sebuah kelompok, memburu mangsa mereka dengan perangkap dan alat-alat.

Pada saat yang sama, aku hanya mengizinkan persetubuhan dengan Goblin perempuan ke tigaorang yang mencapai hasil yang terbaik. Mungkin itu karena beberapa rasa kemanusiaan ku masih ada dan karena aku gagal untuk merasakan belas kasihan apapun terhadap goblin perempuan. ......Apa aku harus senang dengan ini? Aku menuju daerah yang ditinggali mantan kelompok terasing, batas ketika berjalan-jalan dengan kaki. Itu area yang relatif aman dengan banyak perangkap yang sudah dipersiapkan. Setelah memberi perintah perburuan pada Gigu dan Giga, aku pergi menjelajahi daerah yang masih belum diselidiki. Ketika mendatangi daerah hutan takterjamah, hal pertama yang aku harus periksa adalah sekitar danau. Jarak dari Desa ke danau dengan berjalan adalah setengah hari. Untuk equipment, semua yang aku punya ialah Pelt(kulitbulu) Armor yang kami dapat dari mengalahkan Orc, dua long sword, dan sebuah dagger. Itu mungkin terlalu ringan, tapi aku harus meningkatkan keseluruhan kekuatan kelompok, jadi itu tidak akan membantu jika ini semua yang aku miliki. Aku sudah memberikan segalanya yang terlihat bisa berguna untuk para goblin, dan aku menjelajahi sekitar danau karna keinginanku sendiri, jadi itu harusnya takmasalah. Bersembunyi disemak-semak, aku mencari musuh. Sekarang aku lebih dari siap melawan Orc, tapi mungkin ada makhluk yang lebih kuat dari ku di hutan ini. Seperti Giant spider, atau Orc langka yang aku belum pernah lihat sebelumnya, atau mungkin seekor Lizard man. Dan juga ada kobold. Mereka lebih lemah dari goblin, tapi mereka cukup merepotkan jika mereka bekerja sama. Aku belum melihat satu pun sebelumnya. Tapi lebih dari itu, apa yang benar-benar mengganggu ku adalah kenyataan bahwa aku tidak mempercayai goblin. Dengan kata lain, aku selalu hidup dalam ketakutan pengkhianatan mereka. Setelah semua, mereka hanyalah hewan buas. Meski mereka berbicara seperti manusia, dan mencoba hidup seperti manusia, mereka bukanlah manusia. Itulah sebabnya ada hal-hal yang mustahil mereka bisa mengerti. Dan itu tidak aneh sama sekali bagiku melihat tempat yang aku bisa masuk kedalamnya. Di ketinggian berburu, aku memojokan musuh yang kuat dan membunuhnya. Aku kemudian menyadari bahwa aku tidak ingat apa-apa kecuali sensasi gembira. Dan sama seperti aku

menusuk mereka, aku merasakan kemarahan menyerang kepala ku begitu banyak sampai rasanya seperti itu akan meledak. Sensasi yang menjijikkan. Aku berubah menjadi Monster. Aku bisa merasakannya. Aku bisa melihat ilusi pikiranku menyatu ke tubuhku. Tanpa garis yang jelas, itu terasa seakan menyeretku menuju semacam tujuan. Mengganggu, aku menggertakan gigiku. Ini tidak lucu. Aku akan menjadi seorang raja dengan kehendak ku sendiri! Aku akan memerintah semua monster! Aku akan memerintah semua orang! Dan... Dan… ◇◆◇ Saat pikiran-pikiran itu berputar-putar dikepalaku, makhluk pertama yang aku lihat dalam hutan melewati mataku. Kelinci berwarna tanah tertutupi armor, seekor Kelinci armor. Aku menatapnya saat dia memimpin lima lainnya untuk makan rumput. – – – – Sekarang aku memikirkan itu, aku agak lapar. Tiba-tiba rasa laparku muncul, aku bertahap memperpendek jarak antara mangsaku dan diriku. Dikit demi dikit, aku merangkak menuju Kelinci armor. Kemudian secara tiba-tiba telinganya waspada, dan melihatku mendekat. – – – – dia menyadariku! Sekejap aku memikirkan itu, aku langsung berlari. Bergegas secepat mungkin, aku mengayunkan pedangku menuju mangsa itu. Tapi seakan mereka tau pedangku akan datang, para Kelinci armor berlari menyebar.

Mengarah pada kelinci yang masih kecil, aku menahan keinginanku untuk mengayun pedang, dan melompat sekali lagi. Saat Kelinci itu bersiap kabur, aku melemparkan pukulan yang cukup kuat untuk melubangi tanah. lehernya terbang, bunga darah mekar, dan berbaring tak bernyawa di tanah. Aku mengambil tubuh tak bernyawa dengan tanganku, dan menggigitnya melalui armornya. Gigiku tenggelam ke dalamnya, tapi itu luar biasa keras. Pada tingkat ini taringku mungkin akan berakhir dengan hancur, jadi aku menggunakan Daggerku untuk menanggalkan Armornya, dan hanya memakan dagingnya. Meski kecil, aku merasa seperti itu segera berakhir saat aku melepas gigiku. Dan semua yang tersisa adalah sensasi melelahkan. Menyarungkan pedang ku, aku mencoba mengunyah tulang kecil yang tersisa, tapi gigi ku tidak menyanggupinya. Aku melihat dekat armor kelinci itu. Melihat leher berlumuran, itu bisa dilihat bahwa hanya bagian sekitar leher yang armornya sedikit lebih tipis. Sepertinya kesuksesan perburuanku hanya karna sedikit beruntung. Jika aku menyerang armornya, pedang ku mungkin malah akan mental. "Fumu" Aku menghela napas tanpa sadar. Tidak usah memikirkan ini lagi. Lebih dari itu, aku ingin tahu apakah mungkin menggunakan ini sebagai Armor. Namun, agar bisa melakukan itu, seorang spesialis dengan pengetahuan menjahit, dan kemampuan untuk membentuk ini menjadi bentuk yang akan melindungi tempat vital sangat diperlukan. Aku mencoba memotong bagian yang dibutuhkan dengan pisau kecil, tapi itu tidak benar-benar berjalan dengan baik. pekerjaan halus semacam ini benar-benar tidak cocok dengan tangan goblin. Sepertinya aku harus mendapatkan manusia untuk membuat ini. Akhirnya, aku memutuskan membawanya ke rumah karena mungkin akan sangat berguna nanti. Aku membuka lubang dibagian pelt(kulitbulu) armor, memasukan tali, mengikatnya, dan membawanya dipunggungku. ──Baiklah, ayo pergi.

Berjalan melalui semak-semak, aku mengamati danau dengan matahari yang terbenam. Rampasan ku untuk hari meliputi tiga pelt armor Kelinci, taring dan kulit dari buaya kecil dengan sayap yang disebut shape alligator. ◇◆◆ Saat aku kembali, ada keributan di desa. Aku mengerutkan alis ku pada keributan itu, dan berseru. "Ada keributan apa ini?" "Raja!" Goblin tua hormat membungkuk kepada ku, tapi tampaknya dalam keadaan gembira. "Ada manusia. Manusia datang ke dalam hutan." Anehnya, itu sebenarnya cukup mengganggu. “Berapa banyak? Apa equipment mereka?” Giga melangkah kedepanku. "Enam manusia. Dua dengan kapak, dua dengan pedang, satu tombak. Perempuan, dua. " Ini terlalu cepat. Aku tahu kami akhirnya harus melakukan kontak dengan manusia, tapi ini terlalu... Selain itu, aku tidak tahu apa tujuan mereka. Mengapa mereka kesini? Untuk menundukkan kami? Tidak, itu tidak seperti yang kami... Pada saat itu, aku teringat pada perempuan yang diculik. Jika itu tujuan mereka, maka mustahil bagi mereka menjadi apapun selain musuh. Juga mungkin mereka datang untuk menyelidiki. Apa yang harus dilakukan? Apa yang harus dilakukan!? Haruskah aku melakukannya? Tapi meski aku mengalahkannya sekarang, mereka akan kembali. Apa yang paling sulit adalah berurusan dengan serangan terus menerus dari manusia.

Aku manusia, jadi aku tau. Jika manusia sudah diarahkan oleh kebencian, kedengkian atau mungkin rasa takut, maka dengan keuletan mereka, mereka akan bersedia menyerang melalui segala medan. Lalu apa aku harus lari? Dimana? Sebuah tempat yang aku bisa lari bersama bawahanku, apa ada tempatnya? Meski kami pergi malam hari, misal Giant spider, bisa menyerang kami, dan menyebabkan korban takdiperlukan. Apa Yang Harus dilakukan? Apa yang harus dilakukan!? "Raja, perinta anda." Aku melihat ke bawah pada bawahanku, Goblin tua, dan merenung. Aku juga bisa saja meninggalkan orang-orang ini. "Apakah manusia pernah memasuki hutan sebelumnya?" Goblin tua melipat lengannya saat penasaran melihat aku. "Manusia tersesat di hutan beberapa kali dalam setahun." Beberapa kali dalam setahun? Itu tidak terlalu buruk. Sudah satu bulan sejak aku dilahirkan ke Dunia ini. Jika aku bisa membeli setidaknya waktu satu bulan, maka aku harusnya bisa tumbuh lebih besar dari aku yang sekarang. "Kita akan membunuh manusia. Gigu, bersiaplah. Giga, terus berjaga saat kami pergi." Membawa 40 goblin denganku, aku berlari menuju hutan. Dibawah senja, kami bergerak secepat mungkin sambil memastikan tidak ada Giant spider dan Giant skink lizards. Mampu melihat lokasi manusia itu berkat penglihatan malam ku yang diperkuat, yang bahkan lebih kuat dari goblin biasa. Manusia berkeliaran, berjalan, dengan obor di tangan mereka sementara mereka berseru. Mengetahui lokasi manusia, aku memerintahkan goblin untuk tenang dan mengambil beberapa batu. Kemudian aku menajamkan telinga ku untuk mendengarkan manusia. "Finra, katakan sesuatu!"

"Di mana kau !?" Mereka tampaknya mencari seseorang. Kedua pria membawa kapak yang berada dipunggung mereka, tampaknya tak paham cara bertarung. Kontras dengan itu, pria dan wanita yang membawa pedang itu memancarkan aura berbahaya. Tapi apa yang aku tidak bisa mengerti adalah dua yang ditengah. Seorang pria dan wanita yang mengenakan baju keagamaan. Aku gagal melihat seberapa kuatnya mereka, tapi hidung ku mengatakan pada ku bahwa keduanyalah yang paling berbahaya. Kau juga bisa mengatakan bahwa aku hanya merasa gelisah. Tapi keduanya memberikan atmosfhir aneh. Pria itu mengeluarkan aura menyenangkan, sementara gadis itu memberikan luar biasa, aura ilahi. Itulah jenis kekuatan yang aku bisa lihat yang tersembunyi di dalam kedua orang itu. Aku tidak antusias pada awalnya, tapi sekarang mangsa ada di sini, wajahku malah tersenyum. Dengan bawahan ku yang bersembunyi, aku muncul di depan enam manusia, dan berdiri di tengah jalan sempit. "Apa keperluanmu, manusia? Agar bisa melihat reaksi mereka, aku menanyai mereka sambil menggunakan <> pada saat bersamaan. Karna itu, dua pria yang membawa kapak, dan swordsman perempuan goyah. Tapi biarawan, biarawati, dan swordsman laki-laki tampaknya tidak terpengaruh sama sekali. Suara marah dari << Defiant Will >> ku berseru dari dalam jiwa ku. "Mengapa ada goblin high-rank di sini !?" Swordsman laki-laki membuka matanya lebar. Dan kedua pemegang-kapak perlahan mulai mundur. “Dia bahkan bisa berbicara bahasa manusia… dia mungkin high-rank, hati-hati!” Teriak biarawan, saat dia melangkah maju melindungi biarawati. Aku tenang mengamati gerakan masing-masing orang. “Umm… jika kita bisa berbicara, maka kita mungkin bisa ----"

Saat kupingku mendengar suara bisikan dari sang biarawati, biarawan bertentangan. “Mustahil. Itu monster, kau tau!" Tampak sudah ditekan oleh opini semua orang, biarawati itu dibuat mundur. Saat aku meliriknya, aku menyimpulkan bahwa ia bukanlah kekuatan utama dari grup itu, bukan, malah dia titik lemahnya. "Keifen, bisa aku menyerahkannya pada mu?" Menanggapi kata-kata biarawan itu, Swordsman laki-laki melangkah maju. Aura berat mengalir keluar dari orang itu. Laki-laki itu tampaknya Swordsman yang berpengalaman. Tapi dia masih terlihat berusia dua puluhan... atau dia tiga puluhan? Pria itu memegang tebal, besar, Pedang yang butuh dua tangan untuk membawanya. "Jangan membenciku, ini adalah takdir!" Saat aku pikir dia akan membawa pedang besar bermata dua dibahunya, pria itu memperpendek jarak dari sepuluh langkah ke nol dengan bergegas penuh takut. ── Tidak bagus! Menyimpulkan itu dalam sekejap, aku cepat-cepat mundur saat aku melemparkan dagger ku. Pedang itu menghantam tempat aku berdiri tanpa sediktpun meleset, membuat lubang besar ditanah. Lubang itu cukup untuk seekor goblin memenuhinya, menyebabkan ku kaget sesaat. ── Apa ini kekuatan manusia? Dagger yang aku lempar hancur jadi dua, tersebar di samping Swordsman. Berencana mengejar, cahaya samar menyelimuti tubuh Swordsman itu sementara biarawan dibelakangnya membentuk sihir saat dia menggumamkan sesuatu. “Jadi emang gk bisa diajak ngomong, yah?" Maka dalam hal ini, tidak ada pilihan lain selain bertarung sebagai monster demi diriku. Manusia melawan hewan buas, jika ini semacam latar, maka.... Aku harus punya gaya bertarung yang cocok.

“Lakukan.” Aku berteriak dengan <>, memerintahkan bawahanku untuk melempar batu. Meski itu hanya segerombolan batu, memiliki batu seukuran kepalan tangan dilemparkan pada mu dari semak-semak dikedua sisi secara bersamaan bukanlah sesuatu hal yang menggelikan. Batu-batu berterbangan satu demi satu. Dan beberapa dari mereka mengenai kedua laki-laki pemegang-kapak, membuat mereka takberdaya. “Zeon-sama!” “Reshia-sama!? Gawat!” Meski kaki biarawan terluka. Swordsman perempuan melindungi biarawati saat ia berteriak, sementara Swordsman laki-laki sejenak kehilangan fokus. Namun, aku tidak akan melewatkan hal-hal yang aku tunggu-tunggu. Aku menekandiriku sendiri ke tanah dengan semua kekuatanku, berlari secepat mungkin. Kemudian aku meraih wajah Swordsman yang berubah takut, dan mengayunkan pedangku dalam sekejap. Aku merasa pedangku masuk kedalam dagingnya saat kecepatan pedang berkurang. Dan dengan kaki kirinya jatuh ketanah, setengah tubuhnya menjadi sumbunya. Pada saat yang sama aku menatap Swordsman, aku mengayunkan pedangku sekali lagi dari belakang, menuju lehernya. “Ku… Tuhan memberkati kita perlindungannya (Shield)” Pada respon biarawan yang terlalu lambat, sebuah dinding memanjang mengelilingi mereka. Ini mungkin yang disebut sihir. Berbentuk setengah-lingkaran, dinding takberwarna berdiri diudara, menahan batu-batuan, menyebabkan batu hancur dan menyebar disekitar dinding. Lalu darah menyembur dari dalam membran itu. Tubuh Swordsman perlahan jatuh ketanah. Dengan jeritan menggema sebagai iringannya, aku mengangkat pedangku sekali lagi. Biarawan itu di jalan. “Lili, bawa Reshia denganmu, dan lari!” Sebuah bola api terbentuk ditelapak biarawan.

"Tuangkan karunia Tuhan pada api! (Fire Ball)." Gumpalan api seukuran kepalan tangan terbang lurus, mengincar kepalaku. Saat mendekat, aku menghindarinya, dan pada saat yang sama aku membungkuk berlari seperti binatang, dan bergegas menuju biarawan. Dengan sikap menunduk, aku menyerangnya dengan posisi seperti binatang. “Kau, monster…” Pedang-keroak meraup isi perut biarawan, menembus punggungnya melalui rongga perut. Biarawan yang mengeluarkan hiinaan saat darah keluar dari mulutnya. Tapi biarawan terus memblokir jalan ku, dan aku bisa melihat apa yang bisa disebut fanatik agama di matanya. "Kami adalah murid-murid Tuhan. Quiv'r tidak akan mati. Pimpinan setan -" Tidak dapat menahan diri dari fitnahan itu, aku menusuk biarawan dengan pedangku, dan mencungkil isi perutnya. Biarawan itu menjerit seakan jiwanya baru saja ditarik. Tepat sebelum tuhannya memanggil jiwanya, aku memutuskan untuk memberikan penghormatan ku. Aku membawa mulutku kedekatnya, dan berbisik ditelinganya dengan suara yang cukup keras sampai hanya dirinya sendiri yang mendengar. "Kau tahu enaknya melihat gadis? Aku membunuhnya saat aku bermain dengannya." Biarawan itu membuka matanya ketakutan saat dia menghembuskan nafas terakhirnya. Siapa perempuan yang dia pikir, aku penasaran. Aku menarik Pedang-keroakku keluar dari biarawan tak bernyawa dengan segala kekuatan ku. Dan dengan sebuah ayunan, gumpalan darah yang menempel dipedang semuanya lepas. Gumpalan darah itu menyebar kearah wajah swordsman perempuan yang sedang melindungi biarawati itu. Gemetar, Swordsman perempuan itu mengacungkan pedangnya padaku. Saat aku melihat itu, aku secara taksadar menunjukan senyum sadis. ◆◇◇◆◆◇◇◆ Item: memperoleh Iron Second (Large Steel Sword) [Level]: meningat dari 32 -> 43 [Skill]: Swordsmanship C- meningkat menjadi C+

Goblin kingdom - Chapter 9: Zenobia's follower TL eng: aku menerjemahkannya lebih awal karena ini lebih pendek. Pendeknya sekitar 1027 kata. (Termasuk tambahan) juga, skill, stats, dan seperti copi paste jarak antar chapter, jadi jika kau menemukan hal yang salah, komen segera sebelum itu jadi masalah jika kau menemukannya di chapter sebelumnya. Makasih perhatiannya. Mistranslation: Aku salah baca 魂(soul) untuk 鬼(demon)… *garuk kepala. Sorry about that guys. Sebagai hasilnya <> bakal jadi <>. Edit: (2015/09/03) Edited some lines for accuracy and flow. (2015/09/03) Edited a line in the author’s note to make it easier to understand. (2015/09/20) Fixed a line near the end. Ruler’s Knowledge -> Ruler’s Widom. Term should’ve been the same but was different. Chapter 9: Zenobia's follower [Race]: Goblin [Level]: 43 [Class]: Noble; King of a Group [Possessed Skills]: <> <> <> <> <> <> [Perlindungan ilahi]: Dewi underworld, Altesia [Atribut]: Kegelapan, kematian. “Ku… dasar monster!” Rambut Swordsman perempuan yang merah seperti bunga lili, bergoyang, saat ia menghujat ku. Mungkin ia sudah sadar. Sadar tidak ada lagi hal yang bisa ia lakukan. Dan dengan tidak adanya jalan untuk kabur, ia terpaksa menyerang ku secara mental. Atau sekali lagi, ia mungkin hanya mencoba untuk menyingkirkan kecemasan orang di belakangnya. "Sini!" Semak-semak bergoyang, dan bawahanku keluar secara berkelompok. Mereka kemudian berkumpul di sekitar manusia yang masih hidup, menaikan suara mereka seakan mengancam, dan mulai memukul tanah dengan gada mereka. Melihat kejadian itu, darah manusia yang luntur di wajah mereka, dan mereka mulai memucat ketakutan.

Sekarang, bagaimana ini? Saat aku memikirkannya, biarawati yang dilindungi Swordsman perempuan menarik perhatianku. Cahaya memancar dari tangan sigadis, membungkus pemegang-kapak taksadar dalam cahaya. Saat cahaya membungkus laki-laki itu, Darah yang mengucur berhenti. "Biarkan rasa sakit itu memberkati semua orang (Heal)." Pada saat itu, aku melihatnya dengan takjub saat aku menatap biarawati yang matanya menutup. Seolah-olah semua keserakahan manusia telah lenyap saat itu. Keanggunan tidakmanusiawi yang jelas tidak boleh diinjak-injak. Itu benar-benar didepanku. Namun itu terasa seakan aku tidak bisa mencapainya meski aku menggapainya dengan tanganku. Sebuah jarak yang berada di luar jangkauan ku. Aku menginginkan mu. Tangan membentang dari laut kerinduan itu menggenggam isi perut ku, mengguncang seluruh tubuhku, dan menekanku ku kebawah. Aku ditarik kebawah lututku, kepalaku, membungkuk, dan postur tubuh ku bersujud didepannya. Jika saja.... Jika aku bisa memetik bunga itu, maka... Bahkan jika mimpiku adalah menjadi Aku menutup paksa mataku dan menggelengkan kepalaku pada pikiran-pikiran bergema itu. Seseorang mengganggu pikiranku. Ini membuatku mual. Jeritan kesedihan dan tangisan mencambuk diriku, menyebabkan otakku terasa seperti bisa meledak kapan saja. Kerinduan, kerinduan untuk tercintaku, sebuah penderitaan yang tak berujung tampak mencoba mengikat leherku, kuat mencekik ku. "Bangsat, siapa kau!?" Dipenuhi dengan kebencian, aku menatap pada eksistensi takterlihat.

Dia menembus kedalam otak ku! Ke dalam jiwa ku bahkan, langsung menyerang keberadaan ku, aku hanya bisa memegangi kepala sakitku saat aku mengambil pedangku dari sarungnya. Itu begitu menjijikan sampai bisa keluar dari mulut ku. Aku terus mencoba bernafas sementara ujung pedangku gemetar pada kehendak dan rasa sakitku. "Aku Reshia Fel Zeal, hamba Dewi penyembuhan, Zenobia." Mata seperti-amethyst menangkapku. Dewi penyembuhan, Zenobia. Begitukah, itulah yang menyebabkan sesuatu dalam diriku berteriak. “GruuuaAaaAAaaA a aa a aa a a a!!!” “Haaaaa!” Swordsman perempuan bergegas menujuku. Ia mengangkat pedangnya tinggi, dan dengan satu ayunan, ia mengincar kepala rendahku. Tapi, itu lambat. Aku reflek menarik pedangku, menerjang pedang jatuhnya. Pedang terkuatku melawan pedang swordsman perempuan dengan gaya sentrifugal, menahannya mundur. Terlalu menempatkam banyak kekuatan, tanganku menjerit kesakitan, tapi aku tidak punya waktu untuk memikirkannya sekarang. Kemudian, Swordsman perempuan jatuh ketanah tanpa punya waktu untuk memperbaiki postur tubuhnya. Tapi pada saat itu, bukannya menyerang, aku malah berlutut. Aku melukai kakiku sendiri dengan pedang, dan saat darah memuncrat, aku mendapatkan kembali kesadaranku. Bunuh – – – Jika aku tidak membunuh gadis ini sekarang, orang yang akan dimakan adalah aku. Pikiran itu mungkin bisa dikatakan sebagai insting yang melintas di dalam kepala ku. Mendidih dengan haus darah, apa yang berdiri di hadapan ku adalah seorang wanita suci yang dihormati oleh manusia.

"Tolong, larilah, Reshia-sama." Gadis suci itu lembut menggeleng pada Swordsman perempuan lumpuh. "Bagi ku untuk meninggalkan kalian... Biarkan suka cita memberkati semua orang(Heal)." Dalam binar, luka Swordsman perempuan disembuhkan. "Kuk kuk kuk kuk ..." Apa yang keluar dari mulut ku adalah suara-rendah mencibir. Dimakan? Aku? Aku akhirnya tertawa pada pikiranku sendiri. Bangsat... BANGSAT!!! Aku akan menjadi seorang raja! MENURUNKAN KEPALAKU PADA ORANG LAIN ADALAH MUSTAHIL! ENTAH ITU SEORANG GADIS! ATAU TUHAN SEKALIPUN! AKU TIDAK AKAN PERNAH MELAKUKANNYA! “Tangkap mereka. Dan jelas JANGAN sakiti mereka." Darah mengalir dari kepala ku, mataku terfokus pada wanita suci itu saat aku memerintahkan bawahanku untuk menangkap mereka. Lihat aku. Aku akan melampauimu. Aku menolak untuk menerima bajingan yang mengganggu pikiran ku. ◆◇◆◇◆◇◆◇ [Skill]: <> telah naik menjadi <> Mulai sekarang skill ini tidak hanya mengurangi tekanan dari monster, tapi juga ras yang lebih tinggi. Ketergantungan spiritual Dewi Underworld telah melemah. Anda bertahan melawan serangan mental Dewi Penyembuhan.

Karena serangan mental memperlemah Dewi Underworld, dorongan terhadap Dewi Penyembuhan akan ditenangkan. [Skill] << Wandering soul>> akan berevolusi. <> diperoleh. <> diporeloh. [Skill] karena anda punya skill <>, kesetiaan bawahan anda akan meningkat. Pengaruh yang Anda terima dari para dewa juga akan menurun. [Skill] Karena Anda telah memperoleh skill <>, misalnya Anda menamai diri anda sendiri dan melawan musuh dengan senjata yang sama, maka kau akan menerima Kekuatan fisik 20% UP, Agility 20% UP, dan luka yang diterima akan berkurang 20%. [Skill] <> diperoleh. Jika jumlah lawanmu lebih sedikit dari bawahanmu, maka kau akan bisa melihat titik lemah mereka terlepas dari Level ◆◇◆◇◆◇◆◇ Dari Author: Seorang Kandidat Heroine akhirnya muncul. Eh? Tapi protagonisnya bukan manusia? Itulah yang membuatnya menarik!

Goblin kingdom V1 ch1-9.pdf

There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Goblin kingdom ...

443KB Sizes 3 Downloads 389 Views

Recommend Documents

goblin defenders is_safe:1.pdf
inlay game play puzzleinlay today?. 1080p they dont knowpuzzleinlay game play puzzleinlay today?. Moreinfo illustrator makeclippingmask. fromgroup on our ...

GREEN GOBLIN BABY PATTERN.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. GREEN GOBLIN ...

goblin mine dungeon zone.pdf
Loading… Page 1. Whoops! There was a problem loading more pages. goblin mine dungeon zone.pdf. goblin mine dungeon zone.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying goblin mine dungeon zone.pdf.

GREEN GOBLIN BABY PATTERN.pdf
Page 1 of 5. GREEN GOBLIN BABY PATTERN. Materials used: 2 1/2 balls of Patons Angora Bamboo yarn (50 g) in Laurel Leaf (green). partial ball of 100% ...

Goblin Army List 2012.pdf
Special: Individual, Inspiring. Options. • Mount on a Fleabag, increasing Speed to 10 (+5 pts). Mincer Monster. Unit Size Sp Me Ra De At Ne Pts. 1 5 4+ – 4+ 3D6* 9/11 50. Special: Big Shield, Crushing Strength (1). * Roll for the number of Attack

goblin mine dungeon zone.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. goblin mine ...

stickers v1 DE
Page 1. Insider. Page 2. Insider. Page 3. Insider. Page 4. Insider. Page 5. Insider.

The Coming Kingdom
Jan 25, 2015 - podcast of sermons with study guide, visit www.bethelfc.com. ... Is it wrong to follow Jesus when you experience good things and people seem.

Global Kingdom Ministries - SLIDEBLAST.COM
Community - To live out our faith together ... We will equip believers to live missionally both locally and globally. ... Overall today, we have assets with a market.

The Coming Kingdom
Jan 25, 2015 - ... moment, Jesus was the greatest thing to happen to the Holy City in 100's of ... My Story. • When has it been popular for you to follow Jesus?

KINGDOM MONERA.pdf
Page 3 of 9. MONERA. Monera adalah makhluk hidup yang terdiri. atas satu sel (uniselular) sesuai dengan asal. kata dari bahasa Yunani, moneres yang.

Kingdom Parables.pdf
What treasures of truth hide in. their words? I want to KNOW. So for the next few lessons, that's where we're going to. go. Page 3 of 24. Kingdom Parables.pdf.

Global Kingdom Ministries
Apr 7, 2013 - Campaign Leader: Valerie Alphonso. • Ministry Emphasis: Ben Johnston. • Prayer Team: Anthony Eastman. • Marketing – Print Media: Nadine ...

[Manga Neko] Goblin Slayer - 003v0 (Cencored).pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Main menu.

pdf-146\goblin-secrets-by-william-alexander.pdf
pdf-146\goblin-secrets-by-william-alexander.pdf. pdf-146\goblin-secrets-by-william-alexander.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu.

Ekonomiks_LM_U2.v1.pdf
electronic or mechanical including photocopying – without written permission from the DepEd Central Office. First Edition, 2015. Whoops! There was a problem loading this page. Retrying... Whoops! There was a problem loading this page. Retrying... E

Ekonomiks_LM_U2.v1.pdf
Page 3 of 120. Ekonomiks_LM_U2.v1.pdf. Ekonomiks_LM_U2.v1.pdf. Open. Extract. Open with. Sign In. Main menu. Displaying Ekonomiks_LM_U2.v1.pdf.

Creep v1.pdf
There was a problem previewing this document. Retrying... Download. Connect more apps... Try one of the apps below to open or edit this item. Creep v1.pdf.